Ferdinand: Tak Layak Demokrat Berterima Kasih pada Prabowo

Politik31 Views

kabarin.co – Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menyatakan partainya tak layak mengucapkan terima kasih kepada Prabowo Subianto dan Gerindra. Dia menilai, justru Prabowo yang harusnya terima kasih kepada Demokrat.

“Tidak layak Demokrat berterima kasih pada Prabowo, justru Prabowo yang harusnya terima kasih pada Demokrat karena sudah bantu secara all out Gerindra dan Prabowo di dalam pencapresan kemarin,” kata Ferdinand saat dihubungi merdeka.com, Kamis (11/7).

Ferdinand: Tak Layak Demokrat Berterima Kasih pada Prabowo

Perseteruan antara Ferdinand dan Anggota Dewan Pembina Gerindra, Mulyadi di awali lantaran cuitan politisi Demokrat itu. Di Twitter Ferdinand menyinggung, ada yang minta jatah menteri ekonomi, BUMN dan Perindustrian. Tuduhan itu yang membuat Mulyadi geram.

Ferdinan mersa cuitannya tak perlu dipersoalkan. Dia pun mempertanyakan, kenapa merasa tersinggung dengan tulisannya di Twitter itu.

“Kalau dia merasa tersinggung berarti memang benar Gerindra yang minta, saya kan tidak menyebut Gerindra yang minta (menteri), kenapa merasa tersinggung, ada apa dengan mereka?” kata Ferdinand.

Ferdinand kemudia menyerang balik. Dia menyebut, Mulyadi tak tahu proses politik saat pencapresan. Sehingga dia menilai, Mulyadi tak tahu apa-apa tentang kenapa Demokrat akhirnya memilih berlabuh di koalisi Prabowo-Sandi ketimbang Jokowi-Ma’ruf. Dia meminta Mulyadi tak perlu bermimpi Demokrat ucapkan terima kasih pada Prabowo.

Apa yang disampaikan Mulyadi itu hanya sebuah impian berlebih dari seorang Mulyadi. Dia saya pikir tidak tahu proses politik apa yang terjadi pada saat proses pencapresan kemarin, saya tidak pernah lihat dia ada di situ, jadi mungkin dia tidak paham apa yang terjadi,” tegas Ferdinand.

“Saya pikir Mulyadi lebih perlu mengoreksi dirinya daripada mengomentari pihak lain,” tutup Ferdinand.

Sebelumnya, Mulyadi geram dengan komentar sejumlah kader Demokrat yang kerap menyudutkan Prabowo dan Gerindra. Mulyadi menilai, mereka tidak punya etika sebagai sesama partai pendukung Prabowo-Sandiaga.

“Seolah sedang menjadi peserta beauty contest di hadapan juri koalisi pemerintah, padahal panggung kontesnya belum jelas dan jurinya masih asik berunding dengan peserta kontes yang sudah resmi, untuk peserta kontes tambahan belum dibuka atau bahkan mungkin tidak ada,” katanya kepada merdeka.com, Rabu (10/7).

Mulyadi mengatakan, Partai Demokrat harusnya berterimakasih pada Prabowo dan Partai koalisi pendukung 02. Pasalnya sebelum pendaftaran capres, Demokrat menjadi peserta terakhir yang ikut daftar di barisan 02.

Dia mengungkapkan, sebelumnya Partai Demokrat berupaya untuk masuk barisan pendukung 01 tapi ditolak. Karena kepentingan masa depan kader dan Demokrat, dia menambahkan, maka partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono itu harus menjadi partai pengusung capres.

“Maka dengan kebaikan Pak Prabowo dan koalisi, akhirnya Partai Demokrat diterima bergabung, coba bayangkan kalau saat itu koalisi 02 tidak terima? Bagaimana nasibnya masa depan Partai Demokrat dan kadernya yang akan maju dalam Pilpres di periode berikutnya,” tegasnya.

“Jadi berterimakasihlah Pada Pak Prabowo dan koalisi 02, walau politik adalah memperjuangkan kepentingan tapi etika tetap harus menjadi dasar dalam perjuangan, setidaknya sebagai cerminan moral, jadi hentikan statement dan tudingan spekulasi kepada Gerindra dan Pak Prabowo,” kata Mulyadi.

Mulyadi menuturkan, kader Partai Gerindra tertib dan patuh pada Prabowo selaku Ketua Umum. Tak hanya itu, kader Partai Gerindra juga mengedepankan etika diam.

“Sekarang saya sampaikan ini sebagai kader yang berusaha ingin mengingatkan supaya kita saling menghormati dan hentikan sikap nyinyir tak berdasar. Saya ikut bersyukur 2024 Partai Demokrat bisa mengusung kader nya menjadi kontestan Pilpres 2024, semoga,” tutup Mulyadi. (epr/mdk)

Baca Juga:

Gerindra Minta Demokrat Berterima Kasih ke Prabowo

Ferdinand Demokrat Sebut Ahok Lagi Cari Perhatian ke Jokowi

Politikus Demokrat Zara Zettira Sebut Korupsi Tradisi Pesantren, Netizen Geram