Gerakan Anti Ahok Dikempesin Isu Terorisme

kabarin.co – Peristiwa kecil di Cikokol Tangerang kemarin (20/10/2016), jangan dipandang enteng dan berdiri sendiri. Sultan Azianzyah, 22 tahun, menyerang polisi yang tak jauh dari pos jaga Jalan Perintis Kemerdekaan, kawasan pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Banten. Sebelum menyerang Sultan menempelkan logo “la illa ha illallah” yang selama ini dikesankan sebagai logo organisasi internasional yang ingin menegakkan negara Islam dunia, IS (Islamic State) Iraq Syams (IS).

Polisi ditusuk, Sultan ditembak mati. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut penyerang polisi di Cikokol, itu adalah jaringan lama. Sultan, menurut Tito, anggota Jamaah Ansar Daulah. Dia dibaiat ISIS oleh Fauzan Anshori di Ciamis, Jawa Barat. Sesedarhana itu? Tentu tidak, sehari sebelum peristiwa Tangerang tersebut kabarin.co bertemu dengan seorang analis strategi tentang terorisme. Menurutnya,  gerakan anti Ahok sudah cukup membahayakan keamanan nasional. Puluhan ribu massa Jumat di Jakarta pekan lalu cukup membuat shock Jokowi dan pihak keamanan. Belum lagi gelombang anti Ahok bersahut-sahutan di banyak kota di Indonesia, bahkan disambut persatuan ulama internasional.

Menurut analis tersebut, gerakan anti Ahok dengan menggunakan idiom penistaan agama telah dimanfaatkan oleh gerakan radikal agama Islam untuk konsolidasi gerakan. Tampak dalam gerakan itu tokoh-tokoh yang selama ini berada di kelompok radikal agama dan pembela para jihadis Suriah semacam Bachtiar Nasir, Abu Jibril dan lainnya. Ini juga berkaitan dengan banyaknya, eks jihadis Suriah yang kini kembali ke Indonesia, karena lahan jihadnya di Suriah, Irak dan Libya kian menyempit. “Lima ribu orang secara bergelombang masuk ke Indonesia, sampai Januari 2017,”katanya.

Kepulangan para jihadis itu bukan tak terdeteksi pihak keamanan, namun dibiarkan melihat konsolidasi mereka. Ternyata gerakan anti Ahok ini diboncengi untuk menyusun kekuatan. Karena itu, gerakan anti Ahok akhirnya akan mudah dipukul mundur. salah satunya, persistiwa kecil penempelan logo ISIS oleh Sultan di Tangerang itu. Rencana mengempesin gerakan anti Ahok, memang sudah disusun oleh think tank mereka bekas peneliti di CSIS dan Jaringan Islam Liberal (JIL). CSIS berpengalaman di zaman orde baru membenturkan antara kelompok , ras, agama, antar golongan dengan pemerintahn atau antara kelompok itu sendiri.

Sementara polisi juga tidak serius, memeriksa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, yang melakukan penistaan ayat suci Al-quran di Kepulauan Seribu beberapa pekan lalu. Ke depan gelombang anti Ahok, tak bakal lagi terjadi besar-besaran di Jakarta. Tapi terpecah di daerah-daerah. Kecuali konsolidasi kelompok radikal agama berhasil, dan ada dukungan politik yang menginginkan terjadinya perubahan di Jakarta. Kalau tidak, Ahok akan melenggang-kangkung dan para taipan rakus tanah yang punya proyek reklamasi dan menguasai tanah-tanah di Jakarta akan semakin berkibar.