Inilah Bocoran Kemampuan Pembom Baru Amerika B-21 Raider

kabarin.co – Seperti diberitakan terdahulu, Angkatan Udara Amerika Serikat akhirnya mengumumkan nama resmi pesawat pembom mereka dengan nama Raider alias penyerang. Nama resmi ini menggantikan kode program yang tadinya bernama LRS-B (Long Range Stealth Bomber) dan pengembangannya dimenangkan oleh Northrop Grumman pada akhir 2015. Bersama Northrop dipilih pula pabrikan Pratt & Whitney sebagai pemasok mesin, BAE Systems, Spirit Aerosystems, Orbital ATK, Rockwell Collins, GKN Aerospace, dan Janicki Industries. Semua nama tersebut adalah pemasok komponen kondang dalam industri aviasi.

Nama Raider atau lengkapnya B-21 Raider diumumkan pada Konferensi Nasional Asosiasi AU AS dan langsung diunggah dalam akun resmi Twitter AU AS dan Menteri AU AS, Deborah Lee James. Nama Raider diajukan oleh tim yang terdiri dari tiga orang perwira dan bintara AU AS: Letnan Kolonel Jamie Hernandez, Sersan Derek White, dan Letnan Dick Cole yang membuat paper mengenai alasan pemilihan nama Raider. Kode B-21 Raider mewakili harapan AU AS bahwa pesawat yang sedang didesain Northrop Grumman ini akan menjadi pesawat pembom pamungkas AU AS di abad ke-21.

Dari segi desain, B-21 Raider masih menggunakan desain flying wing seperti B-2 Spirit, dengan pod kokpit yang terpasang di tengah-tengah. Bedanya, inlet atau air intake pada B-21 nampak lebih menyatu dengan bodi pesawat, plus exhaust channel dan exhaust diffuser tunggal sehingga ekor B-21 berbentuk segitiga total, dibanding B-2 yang bersegi-segi. Desain B-21 juga dikatakan akan lebih efektif untuk menghadapi ancaman radar UHF dan VHF yang didesain khusus untuk mendeteksi pesawat stealth.

Ada segudang alasan (dan pembenaran) kenapa AU AS membutuhkan pesawat pembom baru seperti B-21 Raider. Yang pertama, dua dari triumvirat pembom AU AS yaitu B-52G Stratofortress dan B-1B Lancer sudah bertugas sejak 1980-an dan dari segi teknologi (menurut Amerika Serikat) sudah ketinggalan zaman.

Sementara B-2 Spirit yang merupakan pembom strategis tak kasat radar dan punya kapabilitas untuk menjatuhkan bom nuklir memang masih trengginas, tetapi keunggulan stealthnya diperkirakan tidak akan memberikan keunggulan kompetitif melewati tahun 2020, seperti dikatakan Kepala Staf AU AS (saat itu) Marsekal Norton Schwartz di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS pada 2012. Apalagi sejak terungkapnya kasus mata-mata karyawan Skunk Works bernama Noshir Sheriaji Gowadia yang mencuri data pengembangan B-2 dan menjualnya ke Tiongkok pada tahun 2010.

Nah, segenap alasan-alasan itulah yang mendorong AS untuk mengembangkan B-21 Raider, yang didesain sebagai pesawat pembom stealth strategis dengan kemampuan pemboman presisi dan sensor yang mumpuni. B-21 tidak hanya didesain sebagai pesawat pembom, tetapi juga dengan sensornya mampu memberikan koordinat pemboman bagi pesawat pembom kawan serta mampu melaksanakan peperangan elektronika dengan mengacaukan sistem radar, komunikasi, dan kendali musuh.

Northrop Grumman yang banyak mengambil pengalaman dari proses pengembangan B-2 berharap bahwa ilmu yang mereka miliki dapat mengantarkan B-21 terbang perdana sebelum tahun 2030. Ya, saat ini B-21 memang tidak lebih dari sebuah desain yang sudah memiliki nama resmi.

AU AS pun berencana membeli sampai 100 pesawat dengan target harga 564 juta dolar
AS sebuahnya, atau hanya seperempat dari banderol B-2 Spirit yang mencapai 2 miliar dolar. Akankah B-21 akan terwujud tepat waktu, tepat kemampuan, dan tepat harga, mari kita tunggu saja 10 tahun lagi. (ang)