Kurang Pakan Faktor Konflik Harimau-Manusia, Porbbi Sumbar Komitmen Dukung Konservasi Satwa

Komunitas7 Views

Kabarin.co, Padang – Peristiwa konflik manusia dan harimau di Sumatera Barat beberapa tahun terakhir cenderung meningkat.

Diketahui penyebabnya, karena berbagai aktivitas manusia yang terlampau jauh memasuki kawasan habitat Harimau Sumatera tersebut.

Salah satunya, adanya aktivitas berburu babi oleh masyarakat yang mengakibatkan berkurangnya jumlah pakan “inyiak balang” di hutan.

Terkait pernyataan itu, Ketua Persatuan Olahraga Berburu Babi (Porbbi) Sumbar, Verry Mulyadi menegaskan, pihaknya konsisten menjaga satwa yang dilindungi.

“Kami dari Porbbi komitmen mendukung pemerintah untuk konservasi satwa ini,” kata Verry sebagai pembicara talkshow, Kamis (13/1) lalu.

Dalam acara talkshow, pameran foto, dan peluncuran buku konflik manusia-harimau dengan tajuk “Nagari Ramah Harimau” itu, Verry meluruskan kegiatan Porbbi selama ini.

Dia mengatakan, pihaknya selama ini melakukan olahraga berburu babi, bukan untuk memusnahkan babi. Namun lebih tepatnya, mengusir babi lebih jauh ke dalam hutan untuk pakan harimau.

“Perlu diluruskan, kami bukan memusnahkan babi, tapi justru mengusir babi ke hutan untuk pakan harimau. Jadi keliru jika disebut Porbbi penyebab pakan harimau berkurang,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Verry, kegiatan Porbbi selama ini justru untuk membantu petani dari gangguan hama babi. Sekaligus juga mendukung pemerintah dalam bidang pertanian.

“Kita justru mendukung pertanian di Sumbar dengan mengusir hama babi. Apalagi Porbbi sudah ada legalitasnya,” ujar Verry.

Talkshow Konflik Manusia dan Harimau di Sumbar.
Kendati begitu, ia memang tidak menampik ada beberapa babi yang memang dibunuh melalui kegiatan Porbbi. Terutama babi yang meresahkan dengan memasuki pemukiman penduduk.

Terakhir, Verry juga menyampaikan, Porbbi ialah olahraga Alek Nagari yang sudah turun-temurun sejak dulu. Saat ini Porbbi juga memiliki bidang tanggap bencana, yakni Porbbi Rescue.

Sebelumnya, Kadis Kehutanan Sumbar, Yozawardi, beserta Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono mengungkapkan, terjadinya peningkatan konflik harimau dan manusia.

Penyebabnya, adanya perambahan hutan secara liar, dan aktivitas berburu babi oleh masyarakat, sehingga berkurangnya pakan harimau di hutan.

“Harimau Sumatera yang dilindungi merasa terganggu, pakannya berkurang, jadi sering terjadi konflik, bahkan harimau datang ke pemukiman penduduk,” kata Ardi. (*)