Konsumsi Listrik di Jakarta dan 5 Kota Besar Lain di Indonesia

kabarin.co – Indonesia memiliki kebutuhan listrik yang tinggi. Tidak hanya di kota besar, saat ini energi listrik juga sudah dimanfaatkan hingga pelosok desa. Maka dari itu, tidak berlebihan apabila kita menganggap listrik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Bukan hanya untuk aktivitas sehari-hari, listrik juga diandalkan dalam sektor ekonomi. Banyak pabrik dan industri besar bergantung pada listrik. Tanpa listrik, roda perekonomian di Indonesia bisa macet total.

Konsumsi Listrik di Jakarta dan 5 Kota Besar Lain di Indonesia

Tidak hanya untuk kebutuhan massal, listrik juga begitu diandalkan untuk kehidupan pribadi. Coba saja Anda cek tagihan listrik PLN online. Berapakah biaya yang harus Anda keluarkan hanya untuk listrik sehari-hari?

Masih ingat dengan insiden mati listrik yang menimpa sejumlah wilayah di Pulau Jawa pada Agustus 2019? Kota-kota besar di bagian barat Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Karawang, Garut, dan Tasikmalaya, terkena dampak dari kejadian yang disebabkan oleh adanya gangguan transmisi ini. Begitu juga di provinsi lain, mulai dari Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Akibatnya, seluruh moda transportasi yang mengandalkan energi listrik tidak dapat digunakan. PT MRT Jakarta bahkan harus mengalami kerugian hingga Rp507 juta. Telekomunikasi pun terhambat sebab beberapa jaringan telepon mengalami gangguan. Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun mendapat kecaman dari banyak pihak, selain mengalami kerugian hingga Rp90 miliar.

Kerugian lainnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) turut menderita kerugian. Menurut  Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia, Ikhsan Ingratubun, insiden mati listrik tersebut membuat omzet mereka turun hingga 75 persen. Sedangkan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mencatat potensi kerugian mencapai Rp90 miliar hingga Rp100 miliar setiap enam jam padamnya listrik.

Masih banyak sektor industri yang harus menelan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua aspek kehidupan masyarakat kini sudah bergantung pada listrik. Apakah Anda penasaran seberapa pentingnya keberadaan energi listrik dalam kehidupan masyarakat?

Konsumsi Listrik di Indonesia

Riset yang dilakukan katadata.com menggunakan statistik dari PLN menunjukkan peningkatan konsumsi listrik nasional. Menurut data Kementerian ESDM, konsumsi listrik nasional pada tahun 2017 mencapai 1.012 Kilo-watt per Hour (KwH) per kapita. Angka ini naik 5,9 persen dari tahun sebelumya.

Sepanjang 2018, konsumsi listrik di Indonesia kembali mengalami peningkatan, yaitu menjadi 1.064 KwH per kapita. Seiring dengan bertambahnya akses listrik dan perubahan gaya hidup masyarakat, kebutuhan akan listrik dan angka konsumsi akan terus melonjak.

Sekadar informasi, dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019—2028, PLN menyampaikan prediksi rata-rata pertumbuhan permintaan setrum nasional hingga beberapa tahun ke depan, yaitu sebesar 6,86 persen setiap tahunnya.

Angka itu sempat dikoreksi dalam RUPTL 2019 menjadi 6,42 persen per tahun. Tahun ini, diperkirakan total permintaan listrik nasional mencapai 245 Terawatt per Hours (TwH). Pada 2028, permintaan listrik nasional akan melonjak hingga 433 TWh. Tentu saja, sudah jadi tugas PLN untuk menggenjot kapasitas pembangkit listrik hingga dua kali lipat kapasitas hari ini selama sepuluh tahun mendatang. 

Konsumsi Listrik di Jakarta

Berdasarkan statistik dari PLN dalam periode waktu yang sama, konsumsi listrik di Jakarta mencapai 32.779,2 Giga-watt per Hour (Gwh) dengan total 4,4 juta pelanggan. Konsumsi listrik terbesar digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yakni mencapai 13.199 Gwh atau 19,57 persen dari total konsumsi dengan catatan jumlah pelanggan lebih dari 4 juta atau sekitar 91,92 persen.

Sementara itu, penggunaan listrik untuk kebutuhan bisnis justru menduduki posisi kedua. Perinciannya, 12.200 Gwh dengan 292 ribu pelanggan. Sementara itu, konsumsi listrik terkecil tercatat untuk penerangan jalan, yaitu 260,42 Gwh.

Artinya, jumlah pelanggan listrik di ibukota tersebut hanya 9,9% dari total konsumen di Pulau Jawa  atau sekitar 6,11 persen pelanggan nasional. Namun, konsumsi listrik di Jakarta mencapai 19,57 persen dari total pemakaian setrum di Pulau Jawa atau sebesar 13,97 persen konsumsi nasional.

5 Wilayah dengan Konsumsi Listrik Tertinggi di Indonesia

Berdasarkan data PLN yang dihimpun hingga kuartal III tahun 2019, posisi pertumbuhan konsumsi listrik tertinggi se-Indonesia diduduki oleh wilayah Bangka Belitung. Angka konsumsi listrik di sana mengalami peningkatan sebesar 9,19 persen dari periode yang sama pada tahun 2018.

Tercatat, hingga periode tersebut, konsumsi listrik di Bangka Belitung mencapai angka 862 GwH. Pihak PLN di provinsi tersebut menyatakan kenaikan ini didasari pertumbuhan tiga sektor. Pertama, sektor industri menyumbang pertumbuhan tertinggi yang tumbuh sebesar 24,56 persen. Kemudian, sektor bisnis menyusul dengan pertumbuhan 5,70 persen dan sosial sebesar 7,53 persen.

Sementara itu, Lampung berada di posisi kedua dengan angka pertumbuhan konsumsi listrik yang mendekati wilayah Bangka Belitung. Tercatat, Lampung mengalami kenaikan hingga 9,07 persen. Di posisi ketiga dan keempat, ada Kalimantan dan Utara yang mengalami peningkatan sebesar 9 persen. Menduduki posisi kelima, Nusa Tenggara Barat mencatat kenaikan sekitar 8,82 persen mencapai 790 GwH dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.

Nah, Anda sudah mengetahui gambaran konsumsi listrik di Indonesia, khususnya Jakarta sebagai ibukota negara. Tentunya, semakin tinggi angka kebutuhan listrik dan bertambahnya tanggung jawab PLN untuk menggenjot kapasitas, akan semakin besar pula tagihan listrik yang harus kita bayarkan setiap bulannya, sesuai dengan besaran yang telah dipakai.

Untuk menghemat pengeluaran akibat tagihan listrik, tentu Anda bisa menghemat pemakaian energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kiat-kiatnya.

1. Cabut Kabel dari Saklar saat Tidak Digunakan

Ketika Anda merasa sedang tidak perlu menggunakan sebuah peralatan elektronik, jangan biarkan peralatan tersebut terpasang pada saklar. Mulai dari pengisi daya ponsel, TV, setrika, hingga barang elektronik lainnya, sebaiknya Anda hindari kebiasaan meninggalkan barang elektronik dengan kabel masih tertancap pada saklar meski dalam keadaan mati. Energi listrik akan tetap mengalir melalui kabel ke peralatan elektronik Anda sehingga terbuang sia-sia.

2. Hemat Pemakaian Lampu

Anda harus bisa menyiasati kebutuhan penerangan di rumah dengan menggunakan lampu hanya pada saat benar-benar dibutuhkan. Gunakan lampu hemat energi yang hanya menggunakan jumlah kebutuhan listrik yang relatif lebih sedikit. Usahakan untuk menerapkan aturan mematikan setidaknya dua lampu pada pukul 17.00 hingga 20.00.

3. Gunakan AC Seperlunya

Pilihlah AC yang hemat energi dengan kemampuan untuk menaikkan suhu atau mati secara otomatis ketika di dalam ruangan sedang ada sedikit atau tidak ada orang. Sesuaikan suhu AC dengan luas ruangan dan jumlah orang yang ada. Anda harus memperhatikan dengan cermat sebab mesin pendingin ini pada dasarnya bekerja dengan menggunakan energi listrik yang lebih banyak dibandingkan dengan peralatan elektronik lainnya.

4. Pastikan Peralatan Elektronik Sudah Mati Sebelum Anda Tidur

Apakah Anda memiliki kebiasaan tidur dengan berbagai peralatan elektronik tertinggal dalam keadaan menyala? Mulai dari TV yang ditinggalkan menyala, lampu kamar yang masih terang-terangnya, hingga ponsel yang sedang dalam proses pengisian baterai. Hindari kebiasaan-kebiasaan tersebut karena energi listrik akan terbuang percuma. Ditambah lagi, Anda akan menemui risiko lain seperti baterai ponsel yang bocor.

5. Bijak Memilih dan Menggunakan Perangkat Elektronik

Di rumah Anda, tentu banyak peralatan elektronik yang Anda gunakan. Salah satu peralatan yang menggunakan listrik dalam waktu lama adalah lemari es. Untuk menyiasatinya, pastikan Anda mematikan lemari es di saat Anda hendak berpergian atau tidak ada makanan dan minuman apa pun.

Perangkat lain yang cukup mampu membuat tagihan membengkak adalah mesin cuci. Sebaiknya Anda menghindari pemakaian mesin cuci dengan kapasitas yang terlalu besar. Semakin besar kapasitas mesin cuci, semakin besar pula daya energi listrik yang dibutuhkan.

Anda juga bisa menyiasati penggunaan setrika. Meski ukurannya kecil, daya listrik yang dibutuhkan sangatlah besar, melebihi TV dan peralatan elektronik lainnya. Salah satu cara menghemat listrik adalah menggunakan setrika yang memiliki pengatur panas otomatis. Setrika jenis ini akan mati dengan sendirinya jika suhunya sudah cukup panas.

Energi listrik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat. PLN sebagai perusahaan milik negara sudah dibebani dengan tugas berat agar pasokan energi listrik bisa merata sesuai dengan kebutuhan di seluruh penjuru Indonesia. Tugas kita sebagai konsumen, selain menghemat pemakaian listrik, adalah membayar tagihan setiap bulan secara tepat waktu.

Kini, membayar tagihan listrik tidak hanya bisa dilakukan di kantor PLN sesuai regional masing-masing. Lewat perangkat genggam, asalkan terhubung dengan internet, Anda sudah bisa melakukan pembayaran tagihan kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk lalai dalam pembayaran tagihan listrik, bukan? 

(red)