Kursus Pelatih Futsal Level 1 AFC: Kalau Cuma Cari Lisensi, Bukan Disini Tempatnya

Kabarin.co – Para peserta kursus pelatih futsal level 1 AFC diminta tak hanya mengejar lisensi saja. Karena sebuah kerugian besar, jika ilmu yang didapatkan tak diaplikasikan. Karena lulusan kursus ini harus memberi kontribusi untuk kemajuan futsal di daerahnya, dan futsal Indonesia umumnya.

Hal tersebut dikatakan oleh Efraim Ferdinand Bawole, yang menjadi instruktur dalam kursus pelatih futsal level 1 AFC yang digalar di Rafhely Futsal Padang 10-15 Oktober 2016.

Diakuinya, awalnya memang ada yang motivasi peserta mencari sertifikat belaka, tapi setelah mengikuti proses kursus, mereka terpancing untuk mengikuti secara lebih serius.

“Saya katakan kalau mau mencari sertifikat pelatih, bukan disini tempatnya. Ini level 1 AFC, sertifikat pelatih futsal tertinggi di Indonesia. Jika mereka tak punya kapasitas itu tak akan ada artinya. Akhirnya merekapun seperti ditantang untuk membuktikan kapasitas mereka, bahwa mereka pantas ada di kursus ini.”kata Efraim, Jumat

Diakui Efraim, dalam kursus ini bisa ketahuan siapa yang benar-benar mencari ilmu, dan siapa yang yang cuma pemburu lisensi. Karena dalam prosesnya akan terlihat siapa yang banyak jam terbang sebagai pelatih, dan siapa yang cuma mengoleksi sertifikat.

2

Karena itu, Efraim meminta agar peserta bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di kursus. “Hal terpenting yang diharapkan dari pelatihan ini, mereka bisa membawa perubahan dan memberi kemajuan bagi futsal di daerahnya, dan futsal Indonesia secara keseluruhan. Nanti juga akan ketahuan, siapa yang bekerja dengan sertifikatnya, pastilah akan membawa kemajuan untuk futsal di daerahnya.”ucap Efraim serius.

Efraim menjelaskan, Level 1 AFC ini adalah lanjutan dari level 1 nasional yang sudah dimiliki oleh peserta. Jika level 1 nasional adalah basic melatih futsal, maka level 1 AFC sudah menuju pelatih futsal yang profesional.

Soal materi yang diberikan di kursus level 1 AFC, yaitu praktek lapangan dan teori dalam kelas. Untuk praktek yang diberikan adalah teknis dasar, skill, dan taktikal individu. Sedangkan untuk teori, titik beratnya adalah sport sciance dan medis.

“Bedanya, jika level 1 nasional instrukstur masih bersifat turun ke bawah membimbing peserta. Tapi kalau sudah level 1 AFC, peserta akan menunjukan apa yang sudah mereka dapat di level sebelumnya. Ini masalah up grade ilmu kepelatihan.”tambah Efraim.

Khusus dalam kursus di Padang ini, nampak jelas kemampuan para peserta yang dibaginya dalam tiga level. Bisa menyerap materi dengan baik, ada yang masih mencoba, dan ada yang kesulitan menangkap materi yang diberikan.

“Kenapa kesulitan, jawabnya cuma satu karena mereka ketahuan jarang pegang tim, dan jam terbang melatihnya tidak banyak.”tambah mantan technical delegate futsal di PON XIX 2016 lalu itu.

Walau begitu, Efraim tetap memuji antusias dan keseriusan peserta yang datang dari lima provinsi, dalam mengikuti pelatihan ini baik dalam sesi teori maupun paraktek.

“Dari hari pertama sampai saat ujian hari ini mereka serius. Mereka tak sungkan-sungkan menawarkan diri jadi peraga. Walau dalam kondisi fisik dan usia yang tak memungkinkan, mereka berani memperlihatkan sesuatu dalam diri mereka pada instruktur.”tutupnya.(RMO)