Pesawat yang jatuh itu produksi 2006 dan milik Erix. Ia tergolong anggota baru di JFC. Sementara Alan merupakan pilot senior yang hampir 10 tahun menjadi anggota.
“Sebetulnya pilot punya kualifikasi instruktur, tapi namanya musibah. Yang paling penting bagi kita semuanya aman, tidak ada korban, bisa selamat, kondisi awak pesawat tidak ada luka,” tuturnya. “Kalau Erix masih baru, makanya tidak mungkin terbang sendirian, masih dalam pengawalan instruktur yang memiliki lisensi. Alan ini cukup senior di JFC.”
Tjandra menyatakan kalau pesawat milik Erix masih layak diterbangkan. Satu jam sebelum kecelakaan, Erix dan Alan menjalani cek kesehatan serta pemeriksaan pesawat sesuai prosuder sebelum terbang.
“Pesawat ada pengecekan secara periodik, jika masih layak maka bisa diterbangkan. Pukul 15.00 tadi sudah ada briefing dan cek kesehatan pilot co pilot serta kondisi pesawat, kondisinya layak terbang, kalau tidak layak tidak mungkin diizinkan terbang,” kata Tjandra.
Sementara itu, manajer Endak Soekamti, Ulog, mengungkapkan kalau kondisi Erix baik-baik saja pasca kecelakaan. “Sudah sesuai prosedur pendaratan darurat, tapi angin kencang yang bikin susah dikendalikan. Makanya jatuh di beberapa meter dari landasan. Mas Erix sekarang baik-baik saja,” terang Ulog. (epr/wk)