Menkeu: Dunia Waspadai Gaya Kepemimpinan Trump yang Spontan

kabarin.co – Jakarta, Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump akan menghadiri upacara pelantikan di Gedung Capitol, Jumat (20/1) sore waktu setempat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sosok Trump selanjutnya akan menjadi pusat perhatian dunia, khususnya gaya kepemimpinannya yang spontan.

Amerika sebagai negara ekonomi terbesar resmi mempunyai presiden baru. Proses pemilihan Trump, kata Sri Mulyani menimbulkan ketidakpastian, bukan hanya karena berasal dari partai berbeda, namun juga gaya kepemimpinannya.

“Gaya kepemimpinan Trump memberi nuansa spontanitas. Jika kita mengelola suatu negara, apalagi sebesar AS, spontanitas itu bisa menimbulkan kejutan, bisa positif, namun lebih banyak negatifnya,” kata Sri saat memberi kuliah umum di Universitas Udayana, Jumat (20/1).

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia (World Bank) ini mencontohkan, jika AS membuat pengumuman kebijakan tanpa proses, hal tersebut bisa menimbulkan ketidakpastian bukan hanya di AS, tapi seluruh dunia. Negeri Paman Sam berperan penting bagi banyak negara di dunia, khususnya Rusia, Uni Eropa, Jepang, Cina, Amerika Latin, dan Asia pada umumnya.

Meski demikian, Sri Mulyani menilai ekonomi AS relatif baik. Itu karena mantan Presiden Barack Obama selama delapan tahun menjabat melakukan begitu banyak pemulihan ekonomi setelah krisis 2008 dan 2009. Perbaikan ekonomi AS tentunya mendorong suku bunga Bank Sentral (the Federal Reserve) meningkat.

“Jika Trump berencana menggenjot ekonomi AS lagi, maka pasti terjadi inflasi,” ujarnya.

Mesin ekonomi AS, kata wanita kelahiran 26 Agustus 1962 ini, sudah padat tenaga kerja (full employment). Oleh sebabnya The Fed berencana menaikkan suku bunga minimal tiga kali tahun ini.

Dolar AS adalah mata uang yang digunakan di seluruh dunia. Jika AS menaikkan suku bunga, investor menganggap ekonomi AS lebih menarik dan mengalirkan dananya kembali ke sana.  “Ini tentunya memengaruhi seluruh dunia dan ini harus kita waspadai,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan lima persen. Namun, kata Sri Mulyani, pemerintah mengakui bahwa dua hingga tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional sangat dipengaruhi komoditas global dan perdagangan internasional yang melemah.

Sektor pertambangan mengalami perlambatan dan pertumbuhan negatif. Pemerintah mencoba meminimalisir dengan ekspansi fiskal. Namun, ekspansi fiskal tak bisa terus dilakukan jika penerimaan negara tak meningkat. Dari sisi permintaan, pemerintah akan meningkatkan daya saing bangsa dan membuat sektor produksi semakin kompetitif. (rep)

Baca Juga:

Trump dan Cina, Jadi Tantangan Nyata Pertumbuhan Ekonomi 2017

Darmin: Proteksionisme Trump Pengaruhi Kinerja Pertumbuhan 2017

Donald Trump Jadi Presiden AS, Risiko Ketidakpastian Global Dinilai akan Berlanjut