Kendati begitu, Nazirwan mengaku tak patah arang. Sebagian ikan yang mati itu masih bisa dimanfaatkannya. Dijadikan makanan ikan lain, bahkan dijual.
Untuk ke depannya, dia tetap bersama penambak lainnya tetap mebambak, namun harus pandai-pandai mengatur pola dengan mempelajari musim atau cuaca.
“Mempelajari cuaca, musim pancaroba dikurangi atau ditunda pembibitan,” ujar Nazirwan.
Baginya, tak ada alasan lain, sebab danau satu-satunya lautan di Maninjau. Sisanya dikelilingi perbukitan, sehingga sangat minim lahan pertanian yang bisa digarap.
“Tentang jalan keluar, kami petani mau usaha apa lagi. Orang Maninjau lautnya hanya danau. Membelakangi danau, langsung tampak bukit. Hanya sedikit lahan sawah yang bisa diolah,” ujarnya. (*)