“Jika pemahaman politik baik, maka proses-proses yang tidak sesuai itu tidak akan terjadi. Masyarakat akan lebih selektif, untuk itu para akademika yang berkecimpung didunia kampus keluar lah untuk sama-sama mengawal demokrasi, berikan edukasi terbaik untuk meminimalisir ketidaksempurnaan proses Pemilu, ” katanya.
Dia juga mendorong para akademisi memaksimalkan potensi yang ada untuk mengawal demokrasi, salah satunya melibatkan mahasiswa. Mungkin saja dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN), namun fokus yang diambil tentang edukasi politik dalam pemilihan umum.
Jadi masyarakat bisa memperluas pandangan tentang pentingnya Pemilu yang tidak sebatas proses transaksional sebelum pemungutan suara.
Dia meminta akademisi harus maju dalam pelaksanaan proses demokrasi, jangan hanya berdiam di kandang saja (campu-red) kepintaran harus dibawa keluar. Acuan keberhasilan kontribusi itu diakui dari luar bukan dari dalam, akademisi merupakan unsur yang selalu menjadi acuan ditengah masyarakat.
Sementara itu Dosen Depertemen HTN Unand Khairul Fahmi mengatakan, Pemilu merupakan suatu sistem yang banyak kelemahan masih banyak yang harus diperbaiki, namun dibandingkan sistem lain demokrasi lah yang memiliki mekanisme sendiri untuk menyelesaikan masalah-masalah didalamnya.