Napak Tilas Gua Hira, Nabi Muhammad Menerima Wahyu

kabarin.co, – JABAL NUR, sebuah gunung di Kota Makkah dengan sejarah hebat yang melekat. Di puncaknya ada Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW menyendiri, mendekat kepada Allah lalu menerima wahyu pertama “Iqra” atau bacalah seperti dalam Surah Al Alaq.

Wahyu pertama – tanda periode kerasulan dimulai – diterima Rasulullah pada bulan Ramadhan. Ulama silang pendapat soal tanggal, tapi paling kuat diyakini pada 17 Ramadhan yang kemudian dikenal dengan Nuzulul Quran.

Napak Tilas Gua Hira, Nabi Muhammad Menerima Wahyu

Pendakwah Khalid Basalamah menjelaskan, Nabi Muhammad berkhalwat atau menyendiri dalam Gua Hira selama 26 hari sebelum menerima wahyu.

“Malam ke 27 nya, Allah Subhanahu wata’ala mendatangkan kepada Nabi sallallahu a’laihi wasallam pada saat itu menjelang subuh, poster manusia tiba-tiba muncul,” katanya dalam kajian Sirah Nabawiyah yang ditayangkan di akun Youtube Khalid Basalamah Official.

Sosok menyerupai manusia berjubah putih bersih yang muncul di tengah kesunyian itu adalah malaikat djibril. Nabi seketika ketakutan, gugup.

Dalam hadist disebutkan, sosok itu membawa sebuah buku lalu berkata kepada Muhammad, “Iqra” atau bacalah hai Muhammad.

Lalu, Nabi berkata “aku tidak bisa baca.”

Sosok berjubah itu memeluk Nabi dengan erat lalu berkata lagi “bacalah hai Muhammad.”

Nabi kembali mengatakan tidak bisa baca.

Setelah tiga kali Nabi mengatakan “tidak bisa baca” dan sosok itu tetap memintanya membaca, lalu Muhammad bertanya “apa yang harus aku baca?”

Djibril pun meminta Muhammad membaca lima ayat pertama dalam Surah Al Alaq.

Setelah mengajari Nabi membaca ayat tersebut, Djibril tiba-tiba menghilang. Nabi gemetar ketakutan. Beliau langsung mengambil bekalnya, bergegas turun dari Jabal Nur untuk kembali ke rumahnya.

Setiba di bawah, di lereng gunung, Nabi mendengar suara dari langit tiga kali. “Wahai Muhammad, engkau adalah utasan Allah dan aku adalah djibril.”

Nabi mengangkat kepalanya ke atas melihat langit dipenuhi poster badan Djibril lalu menghilang. Nabi makin ketakutan dan terus berjalan pulang menuju rumah.

Peristiwa turunnya wahyu pertama membuat Gua Hira menjadi daya tarik bagi peziarah. Salah satu objek religi yang banyak dikunjungi Muslim seluruh dunia saat berumrah atau berhaji.

Untuk mencapai Gua Hira butuh fisik dan stamina memadai. Harus mendaki Jabal Nur, gunung batu yang tingginya mencapai 2.500 kaki, terpaut 6 kilometer dari Masjidil Haram, tempat Kakbah bediri.

Dari sekitar Masjidil Haram, kita bisa ke kaki Jabal Nur dengan menumpang taksi atau minibus. Dari bawah Jabal Nur ada anak tangga menuju ke atas hingga Gua Hira yang berada di sela dinding bebatuan dan luasnya mampu menampung enam orang.

Peziarah berlomba-lomba masuk ke dalam hingga saling sikut. Dari atas Gua Hira, kita bisa melihat Kota Makkah yang gersang dan Zamzam Tower yang menjulang di samping Masjidil Haram.

Dulu belum ada anak tangga seperti sekarang. Begitu juga sepatu gunung yang memudahkan mendaki. Rasulullah menapaki gunung batu itu dengan sandal kulit dan tongkat. Risikonya tentu saja terpeleset dan terluka. Tak ada pohon untuk berlindung. Panas di siang, dingin menikam tulang saat malam.

Gua Hira jadi saksi bisu turunnya risalah pertama kepada Nabi Muhammad. Ia terus memancarkan aura, menarik peziarah untuk berpikir dan mengenang sejarah perjuangan Nabi dalam membawa risalah Islam.

Tapi, lokasi itu kini tercoreng oleh kelakuan peziarah nakal yang membuang sampah sembarangan dan vandalisme.(oke)