Salah satu korban dalam pesawat itu, Erwin Giasi menyebutkan, pesawat melakukan pendaratan sekitar 15 menit sebelum tiba di Bandara Djalaludin Gorontalo. “Kabut tebal, tiba-tiba pesawat berguncang hebat. Padahal kata pilot kami segera mendarat. Tapi tiba-tiba kami celaka,” kata Erwin dikutip dari Gorontalo Post, Kamis (8/3).
Pesawat mendarat darurat di atas pohon di hutan Pegunungan Tihengo, Hulu Atinggola yang berbatasan dengan Bolaang Mongondow Utara dan Bulango Ulu, Bone Bolango.
Menurut Erwin, tim SAR baru berhasil melakukan evakuasi korban pesawat nahas itu setelah enam hari paska jatuhnya pesawat. Saat itu, korban dievakuasi ke posko di Desa Tuntung, Bolaang Mongondow Utara dan diterbangkan dengan helikopter super puma milik TNI AU ke gelanggang.
Tidak ada yang meninggal akibat insiden tersebut. Sebanyak 18 penumpang dan tiga kru seluruhnya selamat. “Pak Tomy Sako, ia meninggal karena asma dan usianya memang sudah tua 70 tahun,” kata Erwin.
Pendaratan darurat pesawat Merpati buatan IPTN tahun 1985 cukup menghebohkan warga. Salah seorang warga Kota Gorontalo Ahmad Rauf mengaku juga baru tahu kabar ini dari media sosial.