kabarin.co – Koordinator Nasional ‘Ruang Sandi’ Dimas Akbar mengatakan kekuatan buzzer yang mereka miliki untuk mendukung kampanye Sandiaga Uno telah mencapai 2500 orang. Jumlah itu akan terus bertambah karena relawan buzzer Ruang Sandi masih membuka pendaftaran hingga April tahun depan.
Dimas menegaskan aktifitas dan kegiatan buzzer mereka tidak dibayar sepeser pun. Ruang Sandi, kata dia, berangkat dari minat publik yang ingin merasakan perubahan pada 2019. Kemudian para buzzer ini berkoordinasi lalu menyusun strategi.
Punya Buzzer Dua Ribu Lebih, Ruang Sandi Ingin Sebar Narasi Positif
Buzzer profesional, ujar Dimas, merupakan profesi yang mulia karena mereka bertugas mempromosikan dan menyebarkan berita baik dan positif. Namun, dalam perjalanannya buzzer mendapat prediket negatif terutama akibat kontestasi politik di Tanah Air.
Menurut Dimas, tak sedikit buzzer politik di Tanah Air yang bekerja sebagai promotor politik sekaligus menjatuhkan lawan lewat kampanye hitam. Buzzer negatif itu terus menerus menyebarkan berita buruk demi mencapai tujuannya.
“Niat kami adalah branding digital. Jadi kami punya konten positif lalu dibuatkan meme, video untuk di posting. Dari awal kami semua sudah diingatkan dilarang posting kampanye hitam,” ujar Dimas dalam diskusi Lingkar Studi Politik Indonesia (LSPI) bertajuk Buzzer Politik di Media Sosial di Jakarta, Jumat (12/10).
Buzzer Ruang Sandi sudah tersebar dari Aceh Singkil hingga Ternate, Maluku. Mereka dibagi ke dalam berbagai grup Whatsapp yang dipetakan berdasarkan daerah pemilihan (dapil) dan sebaran caleg. Sejauh ini buzzer Ruang Sandi telah menyebar di platform Twitter, Instagram, Facebook dan YouTube.
Kepala Divisi Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahean mengatakan penggunaan buzzer di dalam kontestasi elektoral maupun pentas politik tidak bisa dihindari. Menurut dia memiliki buzzer sebuah keharusan karena di zaman digital masyarakat dari sudut mana pun bisa dijangkau lewat media sosial.
“Buzzer politik adalah kebutuhan tapi dalam prakteknya tata caranya harus dirapikan lagi. Banyak akun anonim yang bekerja sebagai buzzer dan mereka bebas mencaci dan menghina,” ujar Ferdinand.
Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko berharap buzzer cerdas mendapat perhatian media. Sesuai fungsi media massa, kata Budiman, adalah mendidik dan menginformasikan kepada publik tentang hal yang berkaitan kepentingan bersama.
“Apakah media akan merespon dan meresonansi isu yang dilemparkan buzzer? Ini yang kita tunggu,” ujar Budiman. (arn)
Baca Juga:
Sandiaga Uno Ogah Jenguk Ratna Sarumpaet di Penjara