Bukan cuma itu, ia juga mempertanyakan kenapa partai nasionalis di Senayan turut membahas RUU Pesantren dan Pendidikan Agama. PSI mempersoalkan rancangan ini lantaran berpotensi membatasi praktik sekolah minggu, yang selama ini diatur secara otonom oleh gereja.
“Mana suara Partai Nasionalis ketika 1 Maret lalu, NU membuat rekomendasi bersejarah untuk tidak menggunakan istilah “kafir” kepada kelompok non-Muslim? Bukankah ini keputusan penting untuk menghapus praktik diskriminasi? Kenapa cuma PSI yang mengapresiasi NU? apa sikap Partai Nasionalis lain? Kenapa takut bersuara? atau kalian memang tidak perduli?” katanya.
Menurutnya, Persatuan Nasional tak cukup ditegakkan dengan hanya meneriakkan kata “Merdeka” sebelum berpidato. “Saya tidak akan pernah berteriak merdeka sebelum semua warga negara betul-betul merdeka beribadah. Saya tidak akan berteriak merdeka sampai rakyat Indonesia bebas dari persekusi!” tegasnya.
Grace tak menyebut nama satu parpol nasionalis pun yang jadi sasarannya. Tapi ia terus melontarkan serangan, kali ini soal partai politik yang men-caleg-kan eks koruptor, tak memberi sanksi anggota dewan yang suka bolos.