Chandra menjelaskan warga sipil yang meninggal tersebut akibat luka benda tajam. Tak hanya itu, ada pula yang menjadi korban kebakaran. Selain 17 orang meninggal, tercatat 65 warga mengalami luka-luka.
Unjuk rasa di Wamena, Papua berujung rusuh itu diduga karena dipicu pernyataan rasisme. Kerusuhan sempat melumpuhkan aktivitas masyarakat di Wamena.
Massa dilaporkan membakar dan merusak sejumlah fasilitas milik pemerintah dan swasta, termasuk kendaraan bermotor.
Sebelumnya, Polda Papua mengklaim kerusuhan yang terjadi di Wamena hingga berujung pembakaran Kantor Bupati Jayawijaya bermula dari tawuran antarpelajar.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal menerangkan bahwa awalnya siswa SMA PGRI bersama sekitar 200 orang menggelar unjuk rasa di halaman sekolah. Mereka mengajak siswa sekolah Yapis bergabung dalam aksi. Itu terjadi pada pukul 07.15 WIT.
Tapi para pelajar sekolah Yapis tidak mau mengikuti demonstrasi sehingga terjadi perkelahian.
“Aksi perkelahian tersebut meluas dengan melakukan pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, umum dan pribadi di Kabupaten Jayawijaya. Aparat gabungan TNI dan Polri masih berupaya menenangkan massa tersebut,” kata Kamal melalui keterangan tertulis, Senin (23/9). (epr/cnn)