Rismawati berkata, sentra pengupasan kerang hijau ini hanya menjual daging kerang yang sudah direbus.
“Kalau dari sini direbus jadi (tinggal) daging. Terus dikirim ke Muara Baru, Muara Angke. Enggak tahu kalau ke sananya jadi apa,” ungkap Rismawati.
“Pokoknya dari sini udah jadi daging, udah diolah, terus dikirim ke Muara Baru ke Muara Angke,” sambungnya lagi.
Para pekerja yang mayoritas adalah ibu-ibu, tampak sibuk mengurusi kerang hijau di hadapannya.
Rismawati yang sudah bekerja puluhan tahun sebaga pengupas kerang hijau menyebut, banyak perempuan yang mengadu nasib di tempat ini.
“Iya memang dari dulu begini, pencahariannya di sini. Hari-harinya pencahariannya di sini,” imbuhnya.
Suami mereka, kata Rismawati, rata-rata merupakan nelayan ataupun sopir. Rismawati sendiri memilih bekerja sebagai pengupas kerang hijau karena tak ada pilihan lain.
“Namanya nyari kerjanya susah, ada kerjaannya di sini ya udah nyaman di sini,” ucap Rismawati.
Perempuan yang merantau dari Sulawesi Selatan itu menyampaikan, penghasilan mengupas kerang bergantung pada banyaknya hasil tangkapan. Bayaran terbesar yang didapatkan oleh ibu tiga anak ini ialah Rp 50.000 per hari.