Setelah badan mobil dipotong, jenazah Yanti dan ankanya baru bisa dievakuasi.
“Itu sebabnya, dia jadi yang paling terakhir diangkat,” ujar Agus
Srikanti (22), kakak Qinanti mengaku masih sempat berkomunikasi dengan ibunya beberapa saat sebelum gempa besar terjadi, Senin lalu.
“Senin sebelum pukul 12.00 WIB, saya sempat bertanya lokasi ke Mamah karena Mamah update foto bareng adik. Saat itu balasan dari Mamah, katanya lagi ada acara sekolah di Sarongge,” ujar Srikanti.
Srikanti yang saat itu sedang bekerja di Tangerang kemudian kembali mengirim WhatsApp pada ibunya, mengabarkan bahwa ada gempa di Cianjur.
“Pas sudah kejadian gempa saya langsung kontak Mamah, tapi sudah tak ada balasan, ceklis satu terus hingga sore. Padahal enggak biasanya Mamah begitu,” ujarnya.
Karena khawatir, Srikanti pun akhirnya pulang ke Cianjur.
“Apalagi ayah juga ngasih kabar, nyuruh saya untuk segera pulang ke Cianjur,” kata Srikanti.
Srikanti mengatakan, sejak ada kabar ibunya ikut terkubur bersama sombongan kepala sekolah lainnya di Cugenang, ayahnya tak pernah pulang.