Anies mencontohkan, jika ada secangkir air putih, tetapi 100 orang mengatakan kalau itu adalah air keras, persepsi yang terbentuk adalah cangkir itu berisi air keras. Dia menilai, cara yang bisa dilakukan adalah melakukan counter dengan mengumpulkan 200 orang untuk mengatakan cangkir tersebut berisi air putih, bukan air keras.
Namun, kata Anies, jika menggunakan strategi seperti itu, yang terjadi hanyalah kompetisi komunikasi. Walhasil, Anies mengaku menghadapi persepsi politik identitas yang muncul dengan bukti nyata, bukan sekadar ucapan. “Jadi bagaimana persepsi itu terbentuk? Dengan kenyataan.
Kami bertugas di Jakarta, tunjukkan, sesudah berjalan 5 tahun, apakah ada bukti bahwa yang ditudingkan (politik Identitas) menemukan pembuktiannya?” kata dia. “Bila yang ditudingkan tidak menemukan pembuktiannya dan ternyata memang tidak ditemukan, maka semua pernyataan-pernyataan itu batal demi akal sehat kita semua,” ucap Anies.
Untuk itu, Anies mengajak agar semua pihak tidak perlu lagi melakukan pertandingan melalui pernyataan. Dia mengajak mereka semua untuk bertanding dengan melihat kenyataan saja. Sebab, kenyataan akan memiliki efek persepsi yang lebih kuat ketimbang pernyataan. “Dan ketika kita berjuang membawa narasi keadilan, maka identitas apa pun itu menginginkan adanya rasa keadilan.