Nuklir Korut Semakin Canggih Dan Berbahaya

kabarin.co – Korea Utara pada Jumat (9/9) telah melakukan uji coba nuklir kelima sejak percobaan pertamanya di 2006. Bom ini diyakini sebagai bom nuklir terbesar yang pernah diciptakan ilmuwan Korea Utara, dengan daya ledak sebesar 10 kiloton.

Seperti dilansir dari The Wall Street Journal, Korea Utara tercatat telah melakukan uji coba nuklir selama lima kali. Uji coba nuklir pertama dilakukan pada Oktober 2006, dengan kekuatan kurang dari satu kiloton.

Korea Utara terus mengembangkan teknologinya. Hingga pada percobaan kedua yang dilakukan pada Juni 2009, bom nuklir buatan ilmuwannya diperkirakan berkekuatan sekitar dua hingga tujuh kiloton.

Pada Februari 2013 Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklir, dan menyatakan akan membuat bom yang kecil dan lebih ringan dari sebelumnya, tetapi dengan kekuatan lebih besar.

Uji coba keempat dilakukan pada awal 2016, dan memiliki daya sebesar 6 kiloton. Pyongyang mengklaim bom ini sebagai miniatur bom hidrogen yang dapat menghasilkan ledakan lebih kuat daripada perangkat nuklir lainnya.

Tetapi para ilmuwan, dilansir dari Channel News Asia, mengatakan hasil ledakan sekitar enam kiloton itu masih mirip dengan uji coba nuklir Korea Utara ketiga pada 2013. Ilmuwan ini berpendapat, bom ini masih terlalu rendah untuk perangkat termonuklir.

Belum setahun setelah percobaan keempatnya, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya pada 9 September 2016 pukul 09.00 waktu setempat. Ledakan itu memicu aktivitas seismik sebesar 5.3 magnitude di sekitar situs uji coba nuklir.

Media pemerintah Pyongyang, KCNA, mengatakan, ilmuwannya telah membuat hulu ledak atau peluru berukuran lebih kecil dan dapat dipasang pada roket balistik. Dengan demikian, Korea Utara pun semakin yakin dapat menghasilkan beragam hulu ledak yang lebih kecil dan lebih ringan tapi berkekuatan lebih dahsyat, seperti janjinya pada 2013 lalu.

Melissa Hanham, peneliti senior di James Martin Pusat Studi Nonproliferasi menyatakan belum bisa memverifikasi klaim mereka terhadap hulu ledak berukuran kecil, tapi ia tetap khawatir adanya potensi serangan bom nuklir oleh Korea Utara.

“Sulit bagi kami untuk memverifikasi klaim mereka. Ketakutan terbesar saya adalah mereka akan meluncurkan peluru nuklir aktif di salah satu rudal mereka. Itu akan menjadi sangat berbahaya karena dapat memicu perang,” ujar Hanham.

Menurut The Wall Street Journal, sejak awal 2016, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menyerukan untuk menguji coba nuklir dan rudal lebih jauh.  Pyongyang pun membuat serangkaian ancaman untuk menyerang Korea Selatan, Jepang dan pangkalan AS dengan rudal berpeluru nuklir.

Meskipun tiga tes nuklir dan tes roket jarak jauh, Korea Utara masih tidak diyakini dapat dengan membuat rudal nuklir yang mampu menghantam Amerika Serikat.

Namun, beberapa ahli mengatakan, dua atau tiga tahun lagi Pyongyang mungkin saja merealisasikan ancaman tersebut. Pejabat Badan Meteorologi Korea Selatan, Kim Nam-wook juga mengkhawatirkan hal tersebut.

Menurutnya, jika Pyongyang terus meningkatkan jangkauan dan akurasi rudal, bukan tak mungkin ancaman itu dilakukan.

Seperti dilansir Reuters, salah satu mantan pejabat keamanan nasional AS menyatakan indikasi awal terhadap senjata terbaru yang diuji sebagai senjata prototipe berbasis plutonium. Menurutnya, uji coba di Januari lalu juga melibatkan plutonium.

Namun, jika ternyata uji coba ini menggunakan senjata baru berbasis uranium, Korea Utara telah membuat kemajuan yang sangat besar dalam pengayaan uranium. (rep)

Baca Juga:

Aktivitas Gempa Bumi Terdeteksi Di Dekat Tempat Uji Coba Nuklir Korut

Kim Jong Un Memerintahkan Militernya untuk Meningkatkan Kekuatan Nuklir