Pasca 411, Elektabilitas Ahok Terjun Bebas

Politik4 Views

kabarin.co – Aksi dua juta orang di Jakarta 4 November 2016 (4/11) berdampak pada pemilihan kepala daerah di ibu kota Jakarta. Guncangan terjadi pada calon petahana, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, yang dilaporkan dan diduga melakukan penistaan agama Islam, dengan mengutip  Al-Qur’an, Surat Al-Ma’idah ayat 51. Tingkat keterpilihan (elektabilitas)nya terjun bebas.

Hasil sebuah sumber lembaga survai independen, yang belum dirilis, kabarin.co mendapat data yang mengejutkan. Sebelum aksi Jumat 4/11 pasangan Ahok-Djarot Saeful Hidayat, unggul dengan 36 persen. Namun, setelah aksi tersebut angka elektabilitasnya turun menjadi 20,1 persen. Apalagi, setelah Presiden Jokowi, dalam pernyataannya tampak telah “melepas” Ahok ke pasar bebas, dan tak berusaha melindunginya lagi.

Angka elektabilitas, kembali menurun setelah pemeriksaan Ahok selama sembilan jam di polisi kemarin (7/11). Di Markas Besar (Mabes) Polri, Ahok yang didampingi sejumlah pengacara dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat asal PDI Perjuangan, dicecar 40 pertanyaan oleh penyidik polisi. Menurut sumber di lembaga penelitian itu, ke depan diduga tingkat keterpilihan Ahok diduga akan terus turun hingga bisa di bawah 15 persen. “Apalagi, masalah dugaan penistaan semakin jelas dilakukan Ahok , setelah polisi meminta keterangan dari ahli pidana dan agama,”ujarnya.

Anjloknya tingkat keterpilihan Ahok, diambil keuntungan oleh calon-calon lainnya. Pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno,  meraih tingkat keterpilihan tertinggi dalam survai itu dengan angka 26,8 persen. Sedangkan pasangan dengan nomor urut 1 Agus Harimurty Yudhoyono – Silviana Murni, beda tipis dengan pasangan urut nomor tiga, dengan meraih tingkat elektabilitas 26,3 persen.

Masih ada 26,8 persen suara pemilih yang belum menentukan sikapnya. Semuanya nanti tergantung dari para calon Gubernur DKI itu bisa menarik hati warga DKI Jakarta. Bukan hanya dengan blusukan ke kampung-kampung, tapi juga dengan program-program kongkrit yang membawa Jakarta ke arah kemajuan. Persoalan penggusuran secara sewenang-wenang dan perampasan tanah rakyat miskin oleh Ahok, juga menjadi perhatian para pemilih dalam survai tersebut. “Ahok dinilai oleh pemilih yang disurvai, tidak memiliki empati pada rakyat miskin,”ujar sumber kabarin.co itu.

Ahok, juga dinilai lebih pro taipan, yang menguasai proyek properti di Jakarta. Namun, hasil akhirnya, nanti semuanya tergantung dari perkembangan yang ada. Termasuk kasus dugaan penistaan agama Islam oleh Ahok yang kini sudah berada di tangan polisi. Pemilih Jakarta yang cerdas, tentu akan memilih calon kepala daerah yang tidak bermasalah. Karena, dalam survai itu, tampak bahwa masyarakat memerlukan Jakarta yang aman, dan sejuk. “Rakyat sudah stress dengan persoalan yang tak bisa diselesaikan oleh Gubernur yang ada, mereka perlu ketenangan dalam bekerja dan bersosialisasi,”katanya. Kutipan yang terakhir itu, diakui peneliti adalah pendapatnya pribadi, dengan melihat hasil survai tersebut.