Pengaruh, Keseimbangan dan Kompensasi Politik, Alasan Jokowi Angkat Diaz Hendropriyono

kabarin.co, JAKARTA – Menurut Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran Muradi terdapat tiga kemungkinan alasan Presiden Jokowi mengangkat Diaz Hendropriyono sebagai staf khusus presiden.

“Pertama, bagian dari pola menjaga hubungan antara presiden dengan A.M Hendropriyono yang secara politik banyak membantu Jokowi saat pilpres,” kata Muradi dalam siaran persnya, Selasa (12/7).

Menurutnya, pengangkatan Diaz dianggap sebagai representasi A.M Hendropriyono di pemerintahan.

Dengan adanya Diaz, Jokowi, kemungkinan, merasa mudah berkomunikasi terkait dengan permasalahan-permasalahan kenegaraan yang membutuhkan saran dan tindakan.

“Kedua, pengangkatan Diaz juga Gories Mere sebagai politik penyeimbang yang tengah dimainkan oleh Jokowi di pemerintahannya,” katanya.

Baca juga: Relawan Jokowi Menolak Diaz Hendropriyono Jadi Staf Presiden

Politik penyeimbang dibutuhkan agar pendekatan politik dan keamaman tidak melulu didominasi oleh Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan. Keberadaan Diaz dan Gories menjadi pesan bahwa mekanisme yang dibangun adalah bagian dari politik penyeimbangan.

“Ketiga, ini adalah bagian dari kompensasi politik semata yang tidak memperhatikan kualifikasi dan kepakaran sebagaimana yang dibutuhkan sebagian stafsus,” katanya.

Analisis ini muncul jika ada desakan luar biasa yang membuat presiden memposisikan stafsus presiden sebagai jalan keluar atau solusi dari tekanan yang terus menerus tersebut.

Untuk itu, Muradi berharap Jokowi menjelaskan ke publik alasan pengangkatan kedua stafsus baru tersebut.

“Presiden harus menjelaskan agar publik merasa bahwa setiap pengangkatan pejabat dapat dipertanggungjawabkan secara tata kelola pemerintahan yang bersih dan efisien,” katanya.

Baca juga: Jokowi akan Melantik Gories Mere dan Diaz Jadi Staf Khusus Presiden

Di tempat terpisah, Juru Bicara Presiden Johan Budi Sapto Prabowo mengungkapkan, pengangkatan Gories Mere dan Diaz Hendropriyono sebagai staf khusus presiden bukan karena titipan dari pihak lain.

“Saya kira tidak ada titip menitip,” kata Johan saat ditemui di Istana Negara, Selasa (12/7).

Johan menegaskan, keduanya dipilih sesuai dengan kebutuhan dan berfungsi untuk memberikan masukan kepada Jokowi. Kemampuan Gories di bidang intelijen dan Diaz di bidang sosial memang masuk dalam pertimbangan Jokowi.

“Presiden punya pertimbangan khusus sebelum kemudian mengangkat Pak Gories dan Pak Diaz, tentu ada hal yang menurut Presiden diperlukan masukannya,” kata Johan.

Gories merupakan mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan mantan Kepala Badan Narkotika Nasional.

Diaz merupakan anak ketiga AM Hendropriyono yang sempat menjabat Anggota Dewan Analis Strategis Badan Intelijen Negara dan Staf Khusus Bidang Intelijen Kementerian Politik Hukum dan Keamanan.

Diaz juga berperan sebagai relawan pendukung melalui “Kawan Jokowi” yang mendukung Jokowi-JK maju dalam Pilpres 2014.

Sebelumnya, Jokowi telah memiliki empat staf khusus, yakni Ari Dwipayana dan Sukardi Rinakit yang merangkap Tim Komunikasi Presiden, Lenis Kogoya, serta Johan Budi yang merangkap Juru Bicara Presiden. (cnn)