Tobatnya Ki Joko Bodo Adalah Momen Yang Paling di Tunggu Oleh Anak dan Istri

KabarinAja9 Views

Kabarin.co – Bagi Ayda Prasasti, bertobatnya sang ayah, Ki Joko Bodo, dari praktik perdukunan adalah momen yang dia beserta saudara dan ibunya tunggu lama. Rasanya campur aduk, kadang dia malu, di sisi lain Sasti -sapaan akrabnya- bangga setengah mati.

Ayda Prasasti Paraningratu lahir pada November 2002, saat Ki Joko Bodo ada di puncak popularitas. Dia tinggal di rumah nyentrik dan mewah yang ditaksir lebih dari Rp 20 miliar, bernama Istana Wong Sintinx. Di periode itu juga, Ki Joko Bodo beberapa kali terlihat mengendarai supercar Ferrari.

Akan tetapi, Sasti dan keluarganya tidak terpana melihat kemewahan itu. Senang iya, tapi ada yang mengganjal di hati para anggota keluarga. Keinginan mereka agar pria bernama asli Agung Yulianto itu berhenti.

“Aku mungkin tahu ayah paranormal itu sekitar umur SD. Aku merasa biasa aja, aku nggak merasa paranormal itu profesi yang berbeda. Tapi, memang makin besar sadar kok di sekolah itu ayahku jarang datang. Waktu akhirnya menyadari, responnya kayak biasa aja sih. Aku lebih malah ‘ayo dong luangin waktu buat kita,’ gitu. Aku nggak terganggu sama sekali dengan seluruh aktivitasnya,” papar Sasti kepada detikHOT, saat ditemui di rumahnya, di Kawasan Jakarta Timur.

Penggemar Adele dan Charlie Puth itu juga tidak pernah tahu secara rinci dari mana asal kesaktian ayahnya.

“Pernah diceritakan (soal latar belakang), tapi ayah nggak pernah cerita detail. Dari yang aku tahu, dulu ayahku tinggalnya di Keraton dan ketika dia lahir banyak sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh logika,” ungkapnya.

Anak ke-3 dari 4 bersaudara itu bercerita bahwa keluarga mencatat resmi berhentinya Ki Joko Bodo pada 2018. Di suatu hari, seisi rumah dibuat kaget karena paranormal termahal di Indonesia telah memotong rambut panjangnya yang khas.

“Ayah itu nggak bilang apa-apa, tiba-tiba udah potong rambut aja. Terus ngeliat, ayah udah salat. Kalau denger adzan pada saat itu juga harus berhenti. Resmi selesainya titik baliknya sekitar 2018. Tapi sebenarnya ayah itu perlahan gitu lho, dan dia waktu (hijrah) itu sudah bilang nggak mau diliput sama media.”

“Nggak tahu apa yang membuat dia tertampar-tampar. Tapi selama ini, ibuku dan keluarga menganggap itu doa dari kita. Doa kita yang selalu bilang, nggak mau ayah kaya gitu lagi. Ini dari kemauan kita juga, kita suka bilang, sering bujuk, ‘udah dong, yah’. Kita yang sama-sama sepakat pokoknya ayah harus tobat.”

Lantas, apa yang dilakukan sang ayah dalam kapasitas bertanggung jawab memenuhi nafkah keluarga?

“Ayahku sekarang istilahnya ada passive income. Dia ada bisnis, ada tanah ada usaha, ada kostan juga, setahuku itu di Yogyakarta dan Bali,” jawab Sasti.

Dengan berhentinya sang ayah dari profesi yang memberikan mereka fasilitas dan kenyamanan, lantas, apakah terjadi guncangan dalam beradaptasi? Utamanya terkait dengan ekonomi dan gengsi?

“Iya beradaptasi sih, mau nggak mau harus beradaptasi. Tapi, dari dulu tuh ibu aku sudah ngajarin untuk sederhana. Kalau mau sesuatu tidak perlu berlebihan, pakai sesuatu jangan karena gengsi, tapi karena butuh dan nyaman. Apa-apa pokoknya karena butuh, bukan gengsi. Di situ aku jadi biasa aja, apa-apa nggak harus branded,” ceritanya.

“Dulu malah kalau sekolah diantar pakai mobil sport gitu malah malu. Punya rumah seperti ini aja malu, karena beda sendiri dari rumah teman-teman, aku ngerasa rumah ini aneh. Jadi, dari dulu aku nggak pernah menjadikan rumahku sebagai opsi buat ngumpul-ngumpul. Tapi, semenjak main TikTok, netizen malah bilang unik, ya sudah,” tandasnya sambil tersenyum.(pp)