31 Years Later: Emral Abus dan Nilmaizar, Guru dan Murid itu Akhirnya Bertarung

kabarin.co – Suatu hari tahun 1986, berlangsung Pekan Olahraga Daerah (Porda) Provinsi Sumatra Barat. Emral Abus terkesima dengan sosok pemain muda berusia 16 tahun, yang berkostum tim Kota Payakumbuh. Pemain termuda dalam timnya, walau masih belia tubuhnya terlihat jangkung, bermain lugas dan taktis sebagai bek tengah.

Emral Abus yang saat itu bertugas di PPLP Sumbar di Padang, disamping sebagai dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang, serta merta merekomendasikan dan meminta anak muda itu ditarik ke Diklat atau PPLP Sumbar di Padang.

Pemain muda itu adalah Nilmaizar. Dari rekomendasi Emral Abus atau akrab disapa Uncu itu, Nil akhirnya masuk Diklat PPLP Sumbar. Di Diklat dia semakin berkembang dan kelihatan talentanya. Hal itu menjadi jalan bagi Nil masuk Tim Garuda II 1987, dan akhirnya terpilih masuk timnas Pra Olimpiade 1991.

Nil boleh dikatakan murid tulen Uncu setelah pensiun jadi pemain, dalam meniti karier sebagai pelatih. “Nil sejak jadi pemain sudah menunjukkan potensinya, sangat komplet, mau belajar, cerdas, dan intelektual di atas rata-rata. Tak terlalu mengherankan di dunia kepelatihan pun dia mampu,” tambah Uncu yang pernah mengikuti kursus pelatih sepakbola di Universitas Leipzig Jerman tahun 1993.

Waktu akhirnya mempertemukan guru dan murid itu di satu lapangan sebagai pelatih. Untuk pertama kali, Uncu dan Nil akan terlibat adu strategi. Uncu yang kini melatih Persib Bandung, akan menjamu salah seorang murid terbaiknya yang datang dengan bendera Semen Padang.

Laga di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (9/9) petang, dalam laga lanjutan Liga 1 2017, adalah laga bersejarah bagi kedua orang itu. Sejak awal bertemu, siapa sangka 31 tahun kemudian mereka bertarung sebagai pelatih.

Dibalik pertarungan dua pelatih ini, mungkin tak banyak yang tahu sejarah panjang perjalanan karir mereka berdua. Sangat menarik bagaimana mereka menanggapi pertarungan pertama mereka.

“Uncu adalah guru saya, saya adalah muridnya. Tapi untuk pertandingan nanti, kita fokus masing-masing dulu selama 90 menit. Dan saya bersama tim saya pastinya ingin menang lawan Persib. Karena murid biasanya akan mengalahkan gurunya.”katanya diplomatis, saat dihubungi goal Indonesia.

Sementara Uncu sendiri dalam kesempatan terpisah mengatakan, secara pribadi dia dipastikan akan memenangkan pertandingan melawan Nilmaizar.”Filosofi seorang guru, kalau murid mengalahkan gurunya, berarti gurunya hebat dan berhasil mendidik muridnya. Kalau guru masih menang, artinya si murid harus lebih giat belajar lagi.”ujar Uncu setengah berseloroh.

Walau begitu, sama dengan Nil, Uncu selama 90 menit akan mengesampingkan dulu ikatan emosional guru dan murid dengan Nil. Karena baginya 90 menit pertandingan nanti adalah fokus membawa Persib meraih kemenangan. (RMO)