Dikeroyok 12 Orang Seniornya, Pukulan Keenam Taruna Akpol Ini Pingsan dan Akhirnya Tewas dengan Paru-paru Terluka

kabarin.co – Brigdatar Mohammad Adam, seorang Taruna Akademi Kepolisian tingkat II, meninggal dunia dengan luka lebam di dada yang diduga akibat kekerasan seniornya di Akpol Semarang. Ditengarai, Adam tewas karena dikeroyok 12 orang seniornya.

Kehidupan adalah sebuah rahasia. Manusia hanya bisa berencana. Mimpi seorang anak muda bernama Muhammad Adam terkubur. Taruna Apkpol itu tewas. Cita-cita Muhammad Adam untuk menjadi bagian dari korps Bhayangkara berakhir tragis.

Dikeroyok 12 Orang Seniornya, Pukulan Keenam Taruna Akpol Ini Pingsan dan Akhirnya Tewas dengan Paru-paru Terluka

Pukulan keenam yang melayang menghujam tubuhnya membuat tak sadar diri. Sempat dilarikan ke Rumah Sakit Akpol, Adam akhir pergi selamanya. Adam mengembuskan napas terakhir setelah mengikuti apel pembinaan di Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/5) dini hari. Dada Adam lebam diduga karena pukulan seniornya.

Adam adalah taruna Akademi Kepolisian (Akpol) tingkat II. Kejadian bermula saat dia mengikuti apel malam. Kala itu dia menuju flat taruna tingkat III untuk melaporkan sesuatu. Selanjutnya, semua taruna tingkat II dikumpulkan. Saat itu dilakukan pembinaan fisik bersama-sama. Hampir semua mengalami pemukulan.

Namun, beberapa saat kemudian, Adam diminta ke depan. Ketika itulah dilakukan pemukulan lima hingga enam kali oleh Brigtutar KS. Pada pukulan terakhir tersebut, Adam merasa kesakitan dan tidak sadarkan diri.

Adam lalu dibawa ke Rumah Sakit Akpol sekitar pukul 02.00. Namun, nyawa remaja kelahiran 20 Juni 1996 tersebut tidak tertolong. Polda Jateng mendapatkan konfirmasi meninggalnya Adam pukul 08.00 WIB.

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, 21 taruna yang mengetahui kejadian tersebut diperiksa intensif. “Mereka masih saksi dalam kejadian tersebut,” jelasnya.

Berdasar otopsi Polda Jateng, paru-paru Adam terluka. Kabidhumas Polda Jateng Kombespol Djarod Padakova menyatakan, autopsi dilakukan kemarin siang (18/5) hingga sekitar pukul 17.00 WIB. Sebelum autopsi dilakukan, pihaknya meminta persetujuan keluarga korban. “Ibu dan kakaknya yang datang ke RS Bhayangkara Semarang,” ucap Djarod kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Djarod menambahkan, berdasar hasil otopsi, ditemukan luka memar bekas pukulan di dada kiri dan kanan korban. Menurut keterangan hasil autopsi tim medis, korban tewas karena mengalami gagal napas sehingga kekurangan oksigen. “Hasil otopsi sudah keluar. Korban luka di bagian paru-paru kanan dan kiri karena tekanan kuat. Kemudian, korban pingsan dan kekurangan oksigen,” katanya.

Muhammad Adam, Taruna Akpol yang tewas . (foto: liputan6)

Djarod menjelaskan, kepolisian telah menemukan dua barang bukti di lokasi kejadian. Barang bukti yang telah disita tersebut adalah kopel alias sabuk dan tongkat kecil terbuat dari plastik. Saat ini pihaknya telah melakukan penyelidikan terkait kepemilikan barang itu.

“Ada kopel atau sabuk, kemudian ada benda tumpul tongkat 20 cm dari plastik. Ditemukan di flat A, ruang kosong yang disebut gudang, berkumpulnya di situ. Kopel milik siapa belum tahu. Masih didalami,” ucapnya, seperti diwartakan jpnn.com.

Ibunda Alharhum, Adria Nova, begitu shock mendengar kematian putra bungsunya tersebut. Adria Nova ditemani putri sulungnya Ananda Riva Ramadhani langsung bertolak ke Semarang pagi itu juga untuk menjemput jenazah Adam alias Nando di RS Bhayangkara Semarang. Di rumah duka sudah tampak berbagai persiapan.

Gustinawati, adik dari Ibu Almarhum Nando mengaku belum banyak tahu tentang apa yang terjadi pada keponakannya kecuali informasi yang didengarnya dari media. “Sadis kalau memang benar (dikeroyok) 12 orang,” katanya.

Nando masih sempat berkomunikasi dengan Ibundanya pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB via Line. Kata Gustina, Nando biasanya memang menyempatkan diri untuk ngobrol dengan sang Ibu. “Cerita tentang asrama dan teman-temannya,” katanya

Sejak masih belia, sifat kepemimpinan sudah terlihat dalam diri Nando. Ia memegang jabatan sebagai Ketua OSIS di SMAN 29 Jakarta Selatan. Selain pandai bergaul, sikapnya terlihat lebih dewasa daripada teman-temannya yang lain. “Waktu dia jadi ketua OSIS, hampir tidak pernah ada tawuran di sekolahnya,” tutur Gustina.

Menjadi seorang polisi memang sudah keinginan Nando sejak SMA. Lagipula, keluarga Nando dari pihak ibu rata-rata adalah anggota kepolisian. Keluarga almarhum berharap agar pihak-pihak yang menyebabkan meninggalnya Nando segera diadili.

Gustina juga menyesalkan maraknya kematian siswa di lembaga pendidikan kepolisian maupun militer Indonesia. “Kejadian ini kok sering sekali, dari sekian banyak kenapa korbannya ponakan saya,” ujar Gustina sambil mengelus dada.(*/jpnn)

Baca Juga:

Siswa Taruna Magelang Ditemukan Tewas Mengenaskan dengan Luka Tusuk di Barak

“Operasi Senyap”, Eksekutor Siswa SMA Taruna Nusantara Terinspirasi Film Rambo