Kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berujar nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat, lebih baik dari kondisi tahun lalu yang sempat jauh melemah terhadap kurs dolar AS. Salah satunya disebabkan sentimen positif yang hadir pasca ditutupnya sebagian layanan pemerintahan Donald Trump (government shutdown) sejak 22 Desember lalu. Setelah kemenangan pihak oposisi, Partai Demokrat di pemilu sela AS beberapa waktu lalu, pengambilan keputusan terkait kebijakan Trump di parlemen tak lagi semulus sebelumnya.
“Memang sekarang Partai Demokrat yang mendominasi lower house, dan pembahasan budget harus disetujui oleh lower house, salah satu dampaknya kemarin permohonan dari Trump untuk menambah budget pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko tidak disetujui,” ujar Perry, di Jakarta, Rabu 2 Januari 2019. Menurut dia, dengan kondisi seperti saat ini, kebijakan fiskal AS diprediksi tak akan seekspansif sebelumnya.
Hal itu berbeda dengan kondisi 2018 lalu, ketika kubu Trump, Partai Republik mendominasi parlemen maupun pemerintahan federal, sehingga kebijakan fiskalnya dengan mudah disetujui. “Ekonomi AS di 2018 itu sudah tumbuh di atas output potensialnya akibat stimulus fiskal yang menyebabkan defisit fiskal membengkak, sehingga suku bunga AS naik sangat tinggi dan membuat ketidakpastian global,” katanya. (tem)