Rupiah Kembali Dekati Level Rp14000 USD

Kondisi ini sedikit bikin ketar-ketir pelaku pasar. Maklum, Johnson berencana menceraikan Inggris dari Uni Eropa Oktober mendatang tanpa ada kesepakatan perdagangan (no-deal Brexit).

Pasar menilai jika itu terjadi, maka perekonomian Inggris bisa diterpa resesi yang sangat dalam. Selain itu, tekanan juga datang dari aksi tunggu pasar terhadap keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga acuannya pada pekan ini.

Baca Juga :  Terbantu The Fed, Rupiah Menguat ke Rp14.212/USD

Hal tersebut membuat pelaku pasar cenderung meninggalkan euro untuk sejenak, sehingga bikin indeks dolar AS menguat dan menekan rupiah.

“Namun, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada September untuk memerangi risiko dari ketegangan perdagangan global,” jelas Ibrahim, Rabu (24/7).

Meski demikian, terdapat perkembangan terbaru perang dagang yang sejatinya bisa memberi angin segar bagi rupiah. Kemarin, delegasi dagang AS yang dipimpin Robert Lighthizer akan bertolak ke China pada Senin mendatang untuk membahas negosiasi dagang antar kedua negara.