Kisah Para Prajurit NAZI yang Berjuang Mati-Matian Agar Indonesia Merdeka

KabarHot16 Views
kabarin.co – Seringkali kita dengan ironisnya mengutuk Nazi untuk apa yang pernah mereka lakukan. Memang reaksi itu seolah wajar melihat realitanya, walaupun harusnya kita pun selayaknya segan jika menghujat mereka terlalu jahat. Mungkin sulit dipercaya, tapi Nazi punya jasa besar bagi Indonesia. Beberapa serdadu mereka nyatanya terbukti membela tanah air kita dengan mati-matian dengan satu tujuan besar, yakni menyokong Indonesia untuk merdeka.Para serdadu Nazi pertama kali datang ke Indonesia berboncengan dengan Jepang di tahun-tahun awal kependudukan mereka. Tak seperti serdadu negeri matahari terbit yang berpandangan sinis dan ketus terharap orang-orang pribumi, orang-orang Nazi justru menaruh simpati. Bahkan mereka pun ngobrol dalam bahasan manis berupa kemerdekaan.

Sikap simpatisme Nazi pun berubah jadi patriotik dalam suatu waktu. Tak lagi sebatas mendukung, para serdadu Nazi terjun langsung di bawah bendera merah putih dan sejenak bertumpah darah Indonesia.

Her Hufper, Pelatih Pendidikan TNI yang Punya Jasa Besar

Tak dipungkiri jika serdadu Indonesia di masa perjuangan rata-rata tak terlatih alias untrained. Ini bahaya karena mereka yang tanpa skill hanya akan berakhir jadi mayat. Salutnya, orang-orang dulu itu cuma mengandalkan rasa nasionalisme saja. Lalu, pada suatu ketika TNI kedatangan seorang pelatih asing dari Jerman dan kemudian menyulap serdadu kita jadi mematikan.

Ilustrasi tentara Indonesia latihan [Image Source]

Ilustrasi tentara Indonesia latihan [Image Source]

Pria ini bernama Her Hufper, pelatih kesehatan jasmani yang sudah sangat diakui di dunia, ya, dunia. Ia datang ke Indonesia dengan satu tujuan, yakni melatih para kadet dengan latihan-latihan fisik yang keras ala militer dunia. Hufper banyak mengajarkan gerakan-gerakan rahasia yang dulu tentara Belanda selalu lakukan dan tentara kita dilarang. Berkat jasa besarnya, banyak para calon serdadu sudah lebih matang fisiknya. Dan ini sedikit atau banyak juga turut memengaruhi perjuangan meraih kemerdekaan.

Baca Juga :

Seorang Nazi Tanpa Nama yang Mengajarkan Rahasia Mematikan

Mahir dalam hal sandi dan morse adalah salah satu bekal utama selain skill menembak dan fisik. Kemampuan ini penting untuk analisis dan strategi perang. Di masa perjuangan dulu, nyaris tak ada satu perwira pun yang qualified untuk hal ini. Kemudian entah rejeki dari mana atau mungkin tirakad para pejuang yang keras, ada seorang Nazi datang dan mengajarkan itu.

Ilustrasi pasukan Indonesia latihan [Image Source]

Ilustrasi pasukan Indonesia latihan [Image Source]

Serdadu Nazi tanpa nama ini datang kemudian mengajarkan pelajaran fundamental itu. Para perwira digenjot untuk menguasai trik agar bisa mengirim dan menangkap tanda morse dengan kilat. Dengan motivasi yang kuat serta semangat besar, tak butuh waktu lama hingga akhirnya para serdadu nasional kita melahap semua hal penting itu. Si pria tanpa nama pun tidak tahu kemana setelahnya. Mungkin ia ikut bergerilya membantu TNI kala itu.

Warner dan Losche, Para Elit Kriegsmarine yang Mendedikasikan Hidupnya Bagi NKRI

Kurang bersyukur apalagi Indonesia saat itu, setelah kedatangan pelatih fisik dan morse paling kompeten, sekali lagi TNI menyambut dua orang elit Nazi berlabel Kriegsmarine alias angkatan laut. Dua orang ini bernama Warner dan Losche, datang ke Indonesia dengan tujuan yang sama. Ya, membuat tentara kita makin bermental baja dan berkemampuan mematikan.

Potret prajurit Indonesia berlatih [Image Source]

Potret prajurit Indonesia berlatih [Image Source]

Kedua tentara elit ini diketahui melatih di area pulau Jawa. Mereka membekali para perwira dengan kemampuan taktis serta operasional alutsista. Sangat disayangkan lantaran pada satu sesi, Losche tewas ketika terjadi kecelakaan saat melatih para gerilyawan kita. Sebenarnya masih ada satu lagi seorang Nazi di sini. Namun, yang satu itu tidak pernah diketahui namanya.

Nazi, mereka mungkin pembantai keji dan perusak dunia, namun pada kenyataannya orang-orang itu begitu peduli dengan Indonesia. Kalau tidak, kenapa sampai repot-repot menyuruh tentara terbaiknya untuk melatih gerilyawan kita. Dengan semua yang pernah terjadi dan mengesampingkan kejahatan mereka, mungkin kita layak untuk mengucapkan terima kasih.(bdc)

Baca Juga, Gak Kalah Menariknya :