Di tingkat sekolah menengah, Doni menjelaskan, asesmen dilakukan dengan menguji kemampuan logika dan berpikir kritis. Tes ini pun tak harus dilakukan serentak. Namun sekolah wajib dalam satu tahun pembelajaran setidaknya melakukan satu kali aksi. “Bisa di Jawa Timur dulu atau di Jawa Tengah dulu. Pokoknya, tiap sekolah dalam satu tahun bisa melakukan asesmen untuk siswa,” ucap dia.
Menurut Doni asesmen berbasis literasi dan kemampuan berpikir ini bakal lebih efektif untuk memperbaiki mutu pendidikan ketimbang melalui ujian nasional pada tiap akhir masa studi. “Ujiannya dilakukan di tengah, sehingga input-nya bisa digunakan untuk perbaikan. Kalau UN, ujian dilakukan pada akhir masa sekolah, ya enggak berguna karena siswanya sudah lulus,” katanya.
Meski tak lagi jadi tolok ukur kelulusan sejak 2015, ujian nasional masih menjadi kegiatan tahunan bagi para siswa pada akhir masa studi.
BSNP mendorong format dan tujuan ujian nasional dievaluasi lantaran tak lagi menjadi penentu kelulusan. Selain menghabiskan anggaran, hasil ujian nasional serasa sia-sia karena tak bisa digunakan sebagai syarat masuk perguruan tinggi.