Mantan Wapres AS Al Gore: Jakarta dan Ribuan Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam

kabarin.co – Mantan wakil presiden Amerika Serikat dan pegiat lingkungan, Al Gore menyambangi paviliun Indonesia di sela-sela konferensi perubahan iklim PBB 2018 (COP24) yang berlangsung di Katowice, Polandia.

Gore menuturkan konferensi PBB tentang perubahan iklim merupakan harapan dan peluang negara-negara di dunia untuk memperbaharui kebijakan terhadap lingkungan.

Mantan Wapres AS Al Gore: Jakarta dan Ribuan Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam

“Akibat pemanasan global, 95% es di Arktik mencair, imbasnya permukaan air laut naik, ribuan pulau di Indonesia termasuk Jakarta terancam tenggelam, bersama dengan New York, Mumbai, Bangladesh, bahkan Miami,” kata Gore, seperti dilaporkan wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid.

Gore mengungkapkan manusia mempunyai political will (keinginan politik) untuk mengubah krisis iklim yang terjadi saat ini.

Ia menjelaskan suhu permukaan bumi sudah naik satu derajat celcius dan semua pihak butuh percepatan perbaikan lingkungan.

“Bila kita ragu akan political will, yakinlah, political will itu juga sumber daya yang bisa diperbaharui,” kata Gore.

Daratan berkurang

Pesan ini juga ia tunjukkan kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal penarikan diri Amerika Serikat dari Kesepakatan Paris pada COP21.

“Jika ingin benar-benar lepas dari Kesepakatan Paris, dia (Donald Trump) harus menunggu usai masa pemilu selanjutnya, itu aturannya. Jadi jika ada presiden baru yang menang dalam pemilu menggantikan Donald Trump, hanya butuh 30 hari bagi Amerika serikat untuk kembali fokus pada Kesepakatan Paris,” kata Gore.

Soal ancaman tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, menyampaikan bahwa akibat kenaikan muka air laut, daratan akan berkurang yang menyebabkan migrasi manusia ke tempat yang lebih aman.

“Sekitar 300.000 kepala keluarga kehilangan rumahnya karena kenaikan permukaan air laut,” kata Siti Nurbaya.

Indonesia mempunyai target penurunan emisi pada 2020 hingga 2030 sebesar 29% dan sektor energi dinilai masih lambat bergerak.

Transisi energi terbarukan

Menteri Koordinator Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan penggunaan energi terbarukan ditargetkan sebesar 23% dari konsumsi energi nasional pada 2025 mendatang.

“Hingga kini (2018) Indonesia baru dalam kisaran pencapaian 11 %, masih jauh dari target,” Kata Luhut.

Pesan Gore saat melihat fakta dari para ilmuwan adalah mempercepat transisi menuju energi terbarukan dan meningkatkan ambisi penurunan emisi domestik.

Luhut menjelaskan pihaknya harus realistis lantaran hingga saat ini menurut Global Carbon Project, konsumsi nasional batu bara di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sebesar 0,9 %, meskipun energi terbarukan meningkat 5,7 % setiap tahun.

Tapi, konsumsinya masih sangat rendah, belum sampai 1 EJ, sementara batu bara mendekati 2,5 EJ, dan minyak bumi melebihi 3 EJ.

Gore mengatakan, “Jika 10 tahun lalu, kita masih bermimpi bahwa energi terbarukan dapat direalisasikan, para ilmuwan telah menetapi janjinya, kini listrik yang dihasilkan dengan tenaga surya dan angin, justru lebih murah dari batu bara, maka dunia harus menghentikan penggunaan batu bara, termasuk Indonesia.”

(epr/oke)

Baca Juga:

Banjir Kemang Dianggap Merupakan Kegagalan Ahok Memimpin Jakarta

Refrizal: “Jakarta Baru Dikasih Hujan Setengah Malam Sudah Kelelep, Bagaimana Kalau 3 Hari”

Diguyur Hujan 2 Jam, Sejumlah Titik di Jakarta Banjir