Warga setempat pun sempat marah karena tempat maksiat itu berada di dalam lingkungan perumahan, tepatnya Blok L Mutiara Gading Timur. Sementara, keberadaan “bisnis sehat” di kawasan itu sebenarnya sudah ramai, mulai dari aneka kuliner, busana, hingga kedai kopi.
Tidak adanya ketegasan dari pihak terkait membuat usaha karaoke juga tumbuh bak jamur di musim hujan. Warga yang tak sabar dengan kesemrawutan dan ingar-bingar malam yang ditimbulkan oleh tempat-tempat karaoke itu akhirnya meresponsnya dengan berdemonstrasi.
Begitu banjir yang melanda perumahan mereka surut, mereka langsung berkumpul sambil berorasi. Belasan anggota polisi yang tiba di lokasi aksi tak bisa berbuat banyak.
“Kami minta pak polisi memfasilitasi kami untuk bertemu dengan pemilik toko itu. Ini warga sudah berkumpul, Bapak pertemukan kami saja agar ada komitmen pemilik toko berhenti menjual miras,” kata salah seorang warga yang berunjuk rasa, Tajuddin, seperti dilansir dari laman iNews.id.
Tapi, petugas yang hadir di lokasi tidak dapat berbuat banyak. Mereka berdalih bahwa masih harus berkoordinasi dengan atasan. Seorang pria berpakaian preman sempat mendekati warga agar berhenti menggelar aksi. Tapi, mereka tidak peduli. Mereka menolak segala bentuk kemaksiatan di wilayah mereka.