Lalu pada jenjang doktoral, pria kelahiran Bukittinggi tersebut berkuliah di University of New South Wales, Sydney, dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
“Saya bukan orang yang suka melakukan sesuatu setengah-setengah. Saya harus menjalankannya semaksimal mungkin,” kata Antoni yang ingin maju di pendidikan.
nya.
Semua perjuangan yang dilaluinya memberikan tantangan tersendiri, khususnya ketika S-1, kampusnya tidak mempunyai akses untuk difabel seperti dirinya.
“Untungnya, saya mendapatkan banyak teman yang mau membantu. Mereka membopong saya di atas kursi roda, naik turun tangga ke ruang kuliah,” kenang Antoni.
Selanjutnya saat menempuh S-2, Antoni mesti lebih dulu meyakinkan orangtuanya, terutama harus meyakinkan sang ibu yang begitu khawatir dengan tinggal jauh meski dia ditemani ayahnya, Effendi.
Kondisi Antoni memang tidak memungkinkan melakukan kegiatan sehari-hari sendirian meski di kampus terdapat akomodasi berupa teknologi di berbagai fasilitas umum dan moda transportasi bagi penyandang disabilitas.