Menjadi pelatih sepakbola, sepertinya terlihat enak, gampang, dan sangat berkuasa. Makanya banyak yang ingin jadi pelatih. Bagaimana tidak, tampil parlente di lapangan, bebas menunjuk-nunjuk memerintah asisten. Atau, lain waktu bisa menghardik dan memarahi pemain yang bekerja tak sesuai keinginan di lapangan.
Tak hanya itu, kalau bisa bawa tim berjaya, menang terus dan meraih trophy misalnya, maka seorang pelatih ibarat menjadi seorang raja yang tengah berada di puncak kejayaan. Bisa menepuk dada di hadapan pers, dikejar-kejar reporter televisi, dan semua ucapannya akan jadi berita.
Tapi yakinlah, jadi pelatih sepakbola itu tak selamanya indah. Nasib seorang pelatih terkadang juga tak ubahnya seperti seorang terdakwa duduk di kursi pesakitan, jika tim yang dipimpinnya tak bisa bersaing dan terpuruk. Sewaktu-waktu, dia bisa saja ditendang dengan cara-cara yang buruk, ibarat debu ditiup angin. Tak peduli sebelumnya bisa membawa timnya sukses, tapi dengan cepat semua itu akan terlupakan.