Menurut Sadri, kehadiran Klub Sepabola ‘Solok FC’ hendaknya harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat, tidak saja warga Solok yang ada di kampung halaman, namun juga harus disikapi oleh perantau Solok yang bermukim di seluruh wilayah Indonesia, kata Sadri tidak tertutup kemungkinan para perantau Solok yang berada di luar negeri.
“Kehadiran Solok FC cukup mengejutkan kami yang berada di rantau, sebelumnya tidak pernah ada klub sepakbola di Solok yang mampu berkiprah sampai ke posisi saat ini. Apalagi kami dengar Solok FC kini tengah berjuang untuk lolos ke Liga 2, itu sangat luar biasa,” ujar pengusaha bedcover ini.
Namun alumni SMA I Kota Solok ini khawatir apabila pemerintah Kota Solok terutama dinas terkait separuh hati untuk melakukan pembinaan terhadap klub Solok FC ini. Karena Solok FC tengah berada di perjalanan menuju prestasi, tentu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Apalagi Solok FC saat ini bersaing di Liga Amatir (Liga 3) tentu masih bisa menggunakan APBD.
“Sesuai dengan surat edaran Menteri Dalam Negeri terkait diperbolehkannya kembali penggunaan APBD untuk membiayai cabang-cabang olahraga non profesional, termasuk klub yang berlaga di ajang Liga 3, tentu ini harus disikapi oleh dinas terkait untuk mengeluarkan kebijakan mendanai Solok FC, kecuali kalau Solok FC menjadi klub profesional dan naik kasta ke Liga 2 tentu ceritanya jadi lain,” tutur Sadri.