Pernah Dimarahi Karena Sumbang Mesjid Tutur Ahok

Metro7 Views

kabarin.co – JAKARTA, Minggu (8/5/2016) kemarin, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meletakan batu pertama pembangunan Gedung GPIB Jemaat Petra di Jalan Jampea, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bangunan tersebut akan menjadi gedung gereja lima  lantai senilai Rp 18 miliar.

Pada saat itu Ahok menyatakan kesediaannya untuk ikut menyumbang dana, meskipun dia menolak menyebut jumlahnya. Ketika memberikan sambutan, Ahok lalu bercerita pengalamannya menyumbang pembangunan sebuah masjid di Belitung, Provinsi Bangka Belitung,

Ketika itu, dia masih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur yang penduduknya 93 persen Muslim. Ahok mengatakan, saat itu tidak terpikir olehnya bahwa ia suatu saat bisa menjadi bupati di Belitung Timur.

“Waktu saya jadi anggota DPRD, enggak mungkin saya bisa jadi bupati karena waktu itu pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Secara logika tidak mungkin saya jadi bupati,” ujar Ahok.

DPRD Belitung Timur saat itu dikuasai Partai Bulan Bintang (PBB). Ahok yang berasal dari kelompok minoritas tidak mungkin punya kesempatan dipilih oleh anggota DPRD untuk menjadi bupati.

Ahok bercerita bahwa ada sebuah masjid rusak di dekat rumahnya. Setiap Ahok pergi ke kantor, dia selalu melihat masjid tersebut. Kebetulan dia mengenal pengurus masjid dan warga sekitar.

Pengurus masjid itu pun bercerita kepada Ahok. Mereka merasa telah ditipu oleh politisi, soalnya mereka sudah pernah dijanjikan akan dibuatkan masjid pada masa kampanye. Namun, sampai saat itu masjid tersebut tidak diperbaiki.

Ahok memberi solusi dengan mengajarkan konsep pembiayaan di gereja. Kata Ahok, semua jemaah masjid harus menyumbang untuk membangun masjid itu.

“Saya bilang saya ikut urunan juga. Jadi yang sumbang paling besar di sini berapa, saya ikut sumbang sebesar itu. Saya sumbang Rp 2 juta per bulan akhirnya,” ujar Ahok.

Dimarahi

Tindakan Ahok yang membantu pembangunan masjid justru dikritik kerabatnya. Alasannya, sumbangan Ahok untuk gereja tidak sebesar untuk masjid.

“Wah kurang ajar nih orang. Saya bilang saya bantu karena saya lewati terus, saya mau selesaikan ini masjid. Wah dia ngoceh macam-macam,” ujar Ahok.

Tanpa disangka, pembangunan masjid itu justru menjadi salah satu hal yang membantu Ahok saat pemilihan bupati. Saat Ahok mencalonkan diri sebagai bupati, pemilihan dilakukan secara langsung, bukan lagi melalui DPRD. Warga yang pernah dibantu Ahok tidak lupa. Dukungan mereka membuat Ahok menang.

Sebenarnya, saat menyumbang, Ahok tidak berpikir soal pemilihan bupati. Pemilihan baru berlangsung lima tahun setelah dia menyumbang. Dia yakin warga sudah lupa dengan dirinya.

“Pas (saat menyumbang) itu saya enggak kepikiran buat jadi bupati. Bicara pemilu yang masih lima tahun lagi kelamaan juga. Orang sudah lupa sama saya. Tapi saya hanya berpikir ada orang ingin ibadah kenapa kita tidak bantu selesaikan rumah ibadahnya,” ujar Ahok. (kom)

Leave a Reply