Pertama di Indonesia, Gerai Program Perhutanan Sosial Hadir di BIM

KabarEkonomi14 Views

Kabarin.co, Padangpariaman-Program Perhutanan Sosial terus bergerak membangkitkan perekonomian di Sumatera Barat.

Kemarin (22/2), Gerai Kopi Solok Radjo yang merupakan binaan Dinas Kehutanan Sumbar hadir dan diresmikan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

Di Indonesia, ini menjadi yang pertama gerai kopi hasil perkebunan Perhutanan Sosial masyarakat ke bandara.

Peluncuran dilakukan langsung oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah bersama Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi Usama Putra dan stakeholder terkait di lantai II, Terminal Keberangkatan Internasional BIM.

Gubernur Mahyeldi mengatakan, hadirnya kopi Solok Radjo di BIM merupakan dukungan semua pihak, mulai dari Dinas Kehutanan, Bank Nagari hingga pihak Bandara BIM.

Gubernur Mahyeldi menjelaskan, di Sumbar ada potensi perhutanan sosial yang luasnya mencapai 700 ribu hektare. Menurutnya, nilai ekonomi dari pengembangan produk-produk perhutanan sosial sangat besar, bahkan bisa mendorong pasar ekspor produk Sumbar,

“Potensi perhutanan sosial di Sumbar ini bisa mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Untuk itu Pemprov Sumbar terus mendorong agar produk pertanian, terutama yang punya hilirisasi agar terus dikembangkan,” jelas Gubernur.

Kopi Solok Radjo sendiri kata gubernur sudah sangat mendunia, bahkan diperkenalkan langsung luar negeri, yakni Norwegia pada pekan lalu oleh Wagub Sumbar, Audy Joinaldy.
bersama dengan produk cokelat dan rendang.

“Solok Radjo sangat direspon baik oleh para pengusaha yang ada di Eropa. Jadi ini kita bawa untuk pengembangan perdagangan internasional,” ujarnya.

Ia berharap Asosiasi Kopi Minang dapat menjaga standar, agar secara kualitas kopi asal Sumbar terus bisa bersaing di pasar dunia.

Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi Usama Putra mengatakan, Solok Radjo merupakan produk kawasan hutan yang hak kelola diberikan pada masyarakat melalui program Perhutanan Sosial.

“Saat ini ada 271 ribu hektare Perhutanan Sosial yang dikelola masyarakat, lebih dari 130 ribu KK. Solok Radjo ini dikelola oleh ratusan KK,” bebernya.

Ia juga membeberkan, untuk saat ini ada 50 perhutanan sosial yang punya potensi pengembangan kopi yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Kami bangga. Ini pertama di Indonesia, produk hutan bukan kayu yang hadir di bandara di Indonesia,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua HKM-KPSU (Hutan Kemasyarakatan-Koperasi Produsen Serba Usaha) Solok Radjo, Alfadrian Syah mengatakan, kehadiran gerai kopi Solok Radjo di BIM dapat dijadikan sebagai etalase kopi perhutanan sosial di Sumbar.

Di gerai ini pengunjung bisa menyeduh dan membeli produk kopi Solok Radjo secara langsung. Dua pengalaman tersebut ditujukan agar bisa mewujudkan pengalaman kopi Sumbar di terminal keberangkatan.

“Ini adalah kopi yang kita tanam. Ada 18 jenis kopi,” ujarnya.

Dalam pengembangan Kopi Solok Radjo melibatkan hampir sebanyak 350 KK, yang menanam kopi. Program hilirisasi Solok Radjo yang telah dimulai sejak tahun 2002, untuk pengembangan produk turunan kopi.

“Dari produksi kopi kita yang mencapai 200 Ton per tahun, 20 persen berasal dari Solok Radjo ini,” beber dia.

General Manager (EGM) PT AP II BIM, Siswanto mengatakan, Bandara merupakan salah satu tempat yang banyak didatangi wisatawan tiap harinya. Rata-rata penumpang sehari 20 ribu orang berlalu lalang setiap harinya.

“Bandara adalah etalase sebuah daerah atau negara, kita sangat mendukung upaya pengenalan kopi asal Sumbar ini. Kelebihan mereka di sini. Selain menjual mereka juga melakukan edukasi. Ini tentu nilai plus,”paparnya.(*)