Politik Istana Negara Memiliki ‘Pemahaman Bersama’

KabarUtama12 Views

kabarin.co, Jakarta, Satu pekan terakhir, beranda Istana Negara disibukan dengan kunjungan pimpinan partai politik yang menghadap Presiden Joko Widodo. Di beranda, mereka berbincang sambil bersantap pagi, siang atau pun sore membicarakan kondisi negeri saat ini.

Bermula pada Kamis (17/11) pekan lalu, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diterima di beranda sambil menyantap ikan bakar. Hal itu merupakan balasan kunjungan Jokowi ke kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor sebelum aksi 4 November.

Tak berhenti pada Prabowo, Senin (22/11) kemarin, beranda kembali menjadi saksi penerimaan kunjungan Presiden Republik Indonesia ke-6 yang juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kali ini, bakmi godog yang dibawakan Megawati menjadi menu santap siang mereka.

Puncaknya, pada Selasa (22/11), Jokowi kembali menerima tiga ketua umum partai politik di beranda Istana Negara.

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh datang pertama pada waktu sarapan pagi, dilanjutkan Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Rommy di waktu makan siang, dan terakhir Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto saat makan sore.

Terkait hal ini, anggota Komisi IX Hendrawan Supratikno menilai pertemuan antara Jokowi dan sejumlah ketua umum partai politik, merupakan bentuk konsolidasi dan membangun pemahaman bersama.

Terlebih, menurutnya dalam beberapa pekan terakhir aksi demonstrasi terkait dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menyedot perhatian publik, dan diduga ditunggangi aktor politik yang memiliki kepentingan lain.

“Artinya membangun pemahaman bersama, apa yang terjadi saat ini? Apa yang telah terjadi? Karena ini sudah berlalu beberapa saat,” ujar Hendrawan, di Gedung DPR pada Selasa (23/11) sore.

Hendrawan meyakini, aksi demonstrasi menjadi bahasan utama pertemuan Presiden dengan para ketua umum partai politik.

Apalagi setelah Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan ada upaya sejumlah pihak yang mengarah ‘makar’ dengan rencana menguasai Gedung DPR RI pada Aksi Bela Islam jilid tiga.

Hendrawan menuturkan konsolidasi di beranda Istana Negara dengan para ketua umum partai penting untuk membangun pemahaman bersama. Hal serupa juga berkaitan dengan langkah Jokowi saat bersafari ke satuan-satuan elit TNI dan Polri.

Untuk itu, menurut Hendrawan langkah yang dilakukan Jokowi sudah tepat. Presiden disebutnya memang harus berkomunikasi secara intensif dengan kekuatan-kekuatan yang ada dalam kondisi seperti ini.

“Kalau semua pemahamannya sama, tindakan yang sifatnya solutif bisa diambil,” kata Hendrawan.

Posisi Ketua DPR

Khusus untuk Setya Novanto, Jokowi telah menerima Ketua Umum Golkar itu dua kali dalam sepekan terakhir. Pertama, Setya dan Jokowi bertemu pada Kamis (17/11) atau sebelum pertemuan dengan Prabowo. Sedangkan, sore ini keduanya kembali bertemu di beranda Istana Negara sambil santap sore.

Secara kebetulan, hari ini juga Partai Golkar disibukan dengan rencana pengembalian jabatan Setya Novanto sebagai Ketua DPR. Hal itu berdasarkan keputusan rapat pleno yang berlangsung kemarin.

Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid membantah jika pertemuan antara Jokowi dan Setya berkaitan dengan rencana pengembalian jabatan Ketua DPR. Ia mengklaim keduanya tak membahas persoalan internal partai.

“Tidak ada hubungannya dengan internal Partai Golkar. Beliau berkomunikasi berkaitan dengan kepentingan bangsa yang lebih besar. NKRI, soal stabilitas pembangunan,” ucap Nurdin terpisah saat ditemui di Gedung DPR.

Nurdin menilai, langkah Jokowi memanggil sejumlah ketua umum partai merupakan komunikasi politik yang penting harus dilakukan sebagai presiden.

Di sisi lain, anggota Fraksi Partai Gerindra di DPR, Supratman Andi Agtas menilai lain. Pengembalian jabatan Setya juga dapat diartikan sebagai bentuk konsolidasi partai pendukung pemerintah.

Meski, dalam hal ini, Supratman tidak mengaitkannya secara langsung dengan pertemuan antara Presiden dengan para ketua umum partai politik.

“Kita tidak boleh melihat secara kacamata kuda. Tentu pertimbangan politisnya demi menjaga kesinambungan di parlemen itu akan sangat menentukan,” ujar Supratman.

Bagaimanapun juga, safari politik maupun pertemuan tokoh-tokoh di Istana menekankan satu pemahaman bersama. Menurut pengamatan politik Karyono Wibowo, terdapat empat kata kunci dari berbagai pertemuan Jokowi tersebut.

“Pertama, menjaga persatuan. Kedua menjaga ideologi pancasila. Ketiga merawat ke-bhinneka tunggal ika-an, dan keempat bicara soal menjaga keutuhan NKRI,” ucap Karyono  (cnn)

Baca juga :

Presiden Jokowi Kembali Bertemu dengan Prabowo di Istana Negara

Faisal Basri Sebut Presiden Jokowi Keliru dalam Sambutan Ekonomi