Demi menghadirkan sayap syarat dari Fujisawa, material plastik pun dibutuhkan. Maklum saja, sebelumnya bahan yang umum untuk menyusun fairing atau sayap adalah pelat besi. Untuk motor kecil dan mesinnya hanya 50-cc tentu bahan itu terlalu berat. Teknologi plastik pun saat itu masih sulit diakomodir oleh penyuplai Honda, namun setelah melalui berbagai fase, akhirnya polyethylene pun jadi material utama penyusunnya. Sejarawan motor, Clement Salvadori bahkan menulis “Kontribusi Super Cub paling hebat adalah dipakainya material plastik yang berfungsi sama halnya dengan besi dengan biaya produksi yang rendah.”
Bengkel
Di era 1950an, bengkel mungkin belum sebanyak sekarang. Bahkan di Jepang sekalipun, yang saat itu sudah mulai jadi pemimpin pasar di industri motor. Durabilitas pun kala itu jadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi pabrikan. Pasalnya, demi menyajikan kendaraan yang menjamin kenyamanan pengguna sehari-hari, mereka tak bisa menyajikan motor yang mudah rusak.
Satu PR sudah diselesaikan, Super Cub berhasil jadi motor dengan perawatan paling murah. Namun tetap saja, ada suku cadang yang harus diganti secara berkala demi menjaga performanya. Orang awam tentu kesulitan menggantinya. Sadar atas hal itu, Fujisawa mengirim 15 ribu surat ke seluruh toko motor di Jepang. Ia menyebut bahwa seperti para leluhurnya belajar memahami dan memperbaiki sepeda, sekarang para pemilik toko harus mampu melakukan hal yang sama pada motor, alat transportasi masa depan. Uniknya, respons para pemilik toko positif dan berimbas pembuatan dealer berlayanan bengkel resmi Honda dengan standar nasional. (lip)