5 Hal yang Tak Disadari Bisa Membuat Anda Dipecat

KabarinAja20 Views

kabarin.co – Banyak dari kita tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang etiket dan etika kantor yang tidak bisa dimaafkan. Ada hal-hal yang mungkin menurut Anda bukan masalah besar, tetapi jangan heran bila tindakan yang Anda anggap wajar, justru memasukan Anda dalam daftar kandidat pemutusan hubungan kerja (PHK). Dan benar-benar bisa membuat Anda dipecat.

1. Tampil asal-asalan

Beberapa dekade yang lalu, mungkin hanya pekerja seni atau pekerja media yang kantornya memiliki budaya berpakaian santai. Mereka bisa tampil ke kantor dengan kaus, dan celana jeans. Saat ini dengan semakin berkembangnya industri kreatif, dan bisnis berbasis teknologi internet, budaya kasual makin banyak diterima di kantor.

Jadi, tidak ada yang pernah mengatakan kepada Anda tidak bisa memakai sandal jepit, kaus atau belel, shorts, atau muncul di kantor dengan rambut berantakan, belum keramas seminggu lagi, dan baunya tercium hingga radius dua meter persegi (oh, ini tidak mengada-ada). Salah.

Anda tidak akan pernah tahu, kapan salah satu dari jajaran eksekutif akan menghampiri meja atau memasuki ruangan divisi Anda. Lebih buruk lagi, kapan tepatnya C-level memanggil Anda ke ruangannya. Dan jangan pikir mereka tidak akan berjengit ngeri melihat penampilan Anda.

Sangat mungkin Anda tidak dipecat saat itu juga, tapi pasti Anda akan masuk ke dalam daftar pertimbangan.

Aturan praktis pada mode busana kerja kasual adalah bisnis kasual. Artinya, Anda tidak harus menggunakan dasi, lengkap dengan jas setiap saat. Atau mengenakan kemeja dipadu rok resmi, dengan rambut habis keluar dari salon setiap hari. Cara paling aman bertanya dengan rekan-rekan divisi HR tentang batasan-batasan tak tertulis mengenai busana kasual.

Kantor Anda mungkin tidak mempermasalahkan celana jeans dengan kaus oblong, tapi tak ada salahnya, memadukan dengan blazer. Jadi kapan pun bos besar tiba-tiba muncul  atau memanggil Anda, Anda siap tampil layak. Cara mudah lainnya adalah dengan meniru gaya busana rekan kantor yang terlihat santai namun pantas.

2. Bertanggung-jawab atas proyek tapi menyalahkan kinerja tim yang Anda pimpin

Anda dipercaya memimpin sebuah proyek penting, dengan beberapa anggota tim bekerja di bawah Anda. Ini berarti Anda bertanggung jawab untuk segala sesuatunya, mulai dari jadwal meeting, memastikan hasil kerja setiap anggota tim memuaskan, hingga menyelesaikan sesuai dengan tenggat waktu.

Tetapi, ketika ada anggota tim Anda gagal untuk menyelesaikan bagian mereka, Anda marah. Lalu langsung pergi mengadu ke atasan, dan menuntutnya memberi teguran yang keras kepada si pengacau.

Apakah Anda pikir atasan Anda langsung panik, dan bergegas mendamprat anggota tim Anda yang bikin masalah? Percayalah, jawabannya adalah tidak. Ingat ini baik-baik: proyek Anda, masalah Anda!

Anda memiliki kontrol di sini sebagai team leader, dan ini saatnya mengembangkan keterampilan leadershipAnda. Yang bisa Anda lakukan adalah meminta pelatihan kepemimpinan dari perusahaan. Jika itu bukan sesuatu yang perusahaan Anda bisa berikan, Anda bisa belajar sendiri. Salah satu caranya bisa dengan membaca jurnal tentang karier seperti di situs Qerja.

3. Menunjuk diri sendiri sebagai juru bicara tim tidak resmi

Mungkin Anda telah berbicara dengan rekan satu tim Anda tentang sejumlah masalah yang menekan mereka. Misal, Anda semua frustasi dengan proyek yang rumit, dan tidak merasa mendapatkan cukup arahan, atau sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan dengan baik.

Bahkan bisa jadi Anda semua merasa layak mendapatkan penghargaan atau sedikit kompensasi karena telah bekerja begitu keras dalam menyukseskan sebuah proyek besar. Apapun kasusnya, Anda memutuskan untuk bertindak dengan langsung menghadap atasan untuk menyuarakan keluhan ini.

Begini, banyak sekali bos yang bersikap terbuka terhadap kritik, tetapi jika ia memintanya. Ya, Anda memiliki suara dan Anda memiliki hak untuk menggunakannya, tetapi Anda perlu mencari tahu waktu dan tempat yang tepat.

Pengeluh selalu memiliki reputasi yang buruk. Akan sepuluh kali lebih buruk ketika Anda bersuara tentang ketidaksenangan seluruh kelompok, terutama bila Anda langsung nyelonong ke ruangan bos tanpa peringatan sebelumnya.

Cara terbaik adalah mengatur pertemuan, dan memberitahu alasannya. Katakan Anda ingin menyampaikan umpan balik dari tim. Tentu saja umpan balik Anda sangat berharga bagi perusahaan, tetapi Anda juga harus tahu batas-batasnya.

4. Menyalahkan orang lain

Orang tua berencana untuk liburan keluarga, sedangkan Anda tidak bisa mendapatkan cuti dari pekerjaan. Lalu Anda ngotot, bahwa ini adalah liburan keluarga tahunan yang telah menjadi tradisi. Tiket pesawat sudah dipesankan orangtua, dan akan hangus jika Anda tak bisa pergi.

Well, ini bukan sekolah dasar di mana ibumu bisa mengeluh kepada guru atau meminta ijin atas namamu.

5. Menutup kesepakatan bisnis tanpa persetujuan atasan

Sebuah kesempatan datang pada Anda terkait dengan kesepakatan besar untuk perusahaan. Inilah kesempatan Anda untuk bersinar, dan menunjukkan kepada bos kemampuan Anda. Namun Anda tahu si bos sedang sibuk, sedangkan jika kesempatan ini tidak ditangkap segera akan lenyap. Anda pun bertindak cepat dengan menutup kesepakatan, tanpa menunggu jawaban dari bos.

Percaya atau tidak, Anda berpotensi membuat hal-hal buruk untuk bos Anda. Hanya karena Anda berpikir kesepakatan ini terdengar hebat, mungkin ada alasan tertentu kesepakatan ini bukan hal yang bagus untuk perusahaan.

Selalu cek dengan atasan Anda sebelum bertindak melangkahi otoritasnya. Jika ia tidak secara terang-terangan meminta Anda mengambil keputusan, ada baiknya Anda menunggu lampu hijau untuk bergerak. (qerja)

Leave a Reply