kabarin.co – Jakarta, Wakil Menteri Luar Negeri A. M. Fachir tak menampik kabar adanya tenggat waktu baru yang diberikan Abu Sayyaf kepada Pemerintah Indonesia untuk menebus warga negara Indonesia yang mereka sandera. Dari kabar yang beredar di media, kelompok militan asal Filipina Selatan itu memberi waktu hingga 20 September 2016.
“Soal batas waktu, kemarin kan juga sudah (pernah ada),” kata Fachir di depan kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Selasa, 13 September 2016.
Dia menegaskan saat ini pemerintah Indonesia dan Filipina terus berkomunikasi terkait pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Upaya pembebasan, kata dia, tak akan goyah karena munculnya ancaman, khususnya soal batas waktu. “Intinya kami komunikasi terus. Selama itu bisa dilakukan, artinya boleh saja ada batas waktu,” tutur Fachir.
Fachir optimistis sembilan sandera WNI bisa diselamatkan. Ia menegaskan hingga kini tidak ada informasi negatif terkait mereka. “Informasi yang kita dapat aman. (Komunikasi) itu sampai sekarang yang kita lakukan, termasuk masalah batas waktu.”
Ia mengatakan jalur diplomasi masih di utamakan. Pasalnya, lanjut dia, TNI masih memerlukan kesepakatan untuk masuk ke Perairan Sulu, lokasi para tawanan. Untuk bisa masuk ke sana, ia menambahkan, perlu ada perincian hasil trilateral Indonesia, Malaysia, dan Filipina, terkait pengamanan laut. “Semua dasarnya di situ. Perlu ada prosedur standar (SOP) lagi (yang dibahas) di tataran menteri,” kata dia.
Warga Indonesia yang masih disandera Abu Sayyaf berjumlah sembilan orang. Sebelumnya, ada 11 orang yang disandera dari tiga kasus berbeda. Dua awak kapal Charles 001 berhasil lolos pada Juni lalu. Jadi, yang masih tersisa, lima orang dari awak kapal Charles dan empat dari dua kasus penculikan di perairan Sabah, Malaysia.(tem)
Baca Juga:
Panglima TNI Benarkan Dua Sandera Abu Sayyaf Lolos
