Digong yang Kontroversial, Mirip Jokowi Dari Walikota Jadi Presiden

kabarin.co – Rodrigo Duterte alias Digong tercatat 22 tahun menjadi anggota kongres dan walikota Davao, sebuah kota dengan angka urbanisasi yang tinggi, dan ia berhasil menjadikan kota itu menjadi lima kota teraman di dunia.

Padahal sebelumnya kota tersebut terkenal dengan tingginya angkat kriminalitas. Di bawah kepemimpinannya yang tegas kondisi kota itu seolah berbalik 180 derajat.

Duterte yang berasal dari keluarga politik ini kemudian mendeklarasikan pencalonannya sebagai kandidat presiden PIlipina pada tanggal 21 November 2015.

Selain perbaikan ekonomi, janji dan sumpahnya untuk bersikap tegas dan keras terhadap para penjahat dan kriminal di negara itu jika terpilih, telah berhasil menarik simpati rakyat Filipina. Ia terpilih dengan perolehan suara yang jauh melebihi kandidat lain.

Rodrigo Duterte resmi dinyatakan menjadi presiden ke-16 Filipina pada Senin (30/5) ketika sesi gabungan Kongres menyatakan tokoh yang terkenal ceplas-ceplos ini sebagai pemenang pemilu yang digelar pada 9 Mei lalu. Duterte akan menggantikan Presiden Benigno Aquino yang mundur dalam bulan depan setelah enam tahun menjabat.

Duterte, yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Davao City di selatan Filipina, memantik perhatian publik atas kampanyenya yang mengutamakan pemberantasan kejahatan dan tindak kriminal.

Sebagai presiden, Duterte kelak akan menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi Filipina, termasuk perbaikan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja dan pemberantas kemiskinan yang membekap lebih dari seperempat dari sekitar 100 juta penduduk negara itu.

“Dengan ini saya menyatakan Rodrigo Roa Duterte dan Maria Leonor Gerona Robredo sebagai presiden dan wakil presiden yang terpilih dari Republik Filipina,” ujar Senator Franklin Drilon dan anggota Kongres Feliciano Belmonte dalam sesi gabungan Kongres.

Duterte, 71, tengah menjalani tugasnya sebagai Wali Kota Davao City ketika pengumuman Kongres berlangsung, dan dinyatakan sebagai pemenang pilpres in absentia.

Duterte akan mengumumkan kabinetnya pada Selasa (31/5). Ia sebelumnya memaparkan akan melanjutkan kebijakan ekonomi presiden Aquino yang berfokus pada infrastruktur dan efisiensi fiskal, untuk membantu mendorong pertumbuhan hingga 7 hingga 8 persen.

Pertumbuhan Filipina tumbuh rata-rata 6 persen per tahun di bawah kepemimpinan Aquino, tetapi dinilai kurang ada perbaikan dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup warga.

Sumpah Membunuh 100.000 Penjahat Jika Terpilih Jadi Presiden.

Duterte kerap kali dikritik karena dinilai membolehkan praktik main hakim sendiri untuk menumpas kriminal. Dalam kampanyenya, Duterte sendiri berjanji membunuh 100 ribu penjahat ketika resmi memimpin Filipina nanti. Mayat penjahat itu, kata Duterte, akan dibuang ke Manila Bay untuk menjadi makanan ikan.

Duterte juga mengungkapkan keinginannya agar hubungan Filipina dengan China membaik, serta berjanji akan bersikap mengaku terbuka terhadap diskusi soal sengeketa wilayah kedua negara di perairan Laut China Selatan yang mereganggkan hubungan bilateral kedua negara.

Kehidupan Seks dan Gesekannya dengan Gereja.

Dalam kampanyenya, Duterte juga kerap mengumbar kelakar mengenai kehidupan seksualnya dengan mengatakan bahwa ia tak dapat hidup tanpa Viagra.

Namun, Duterte berjanji kepada para pemilihnya bahwa wanita-wanita simpanannya tak memakan banyak biaya karena ia akan menempatkannya di rumah kos murah dan membawanya ke hotel kelas bawah untuk berhubungan seks.

Duterte semakin membuat risih lingkaran diplomatik internasional ketika ia bercanda ingin jadi orang pertama yang memperkosa seorang misionaris Australia. Perempuan itu tewas dalam kerusuhan di penjara Filipina pada 1989.

Penuh kontroversi, Duterte juga kerap bergesekan dengan Gereja Katolik. Duterte menyebut Gereja sebagai institusi paling munafik. Menurutnya, para uskup memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan orang miskin.

Duterte pernah mengejek Paus Fransiskus dan menantang Gereja Katolik dan mengatakan akan memberlakukan kebijakan tiga anak. Padahal, Filipina merupakan negara dengan 80 persen warga Katolik, agama yang menentang aborsi dan kontrasepsi. (mfs)