Kendati begitu, analis Monex Investindo Faisyal mengatakan rupiah berpotensi menguat pada hari ini yang didukung beberapa faktor global. Pertama, segera tercapainya kesepakatan perang dagang antara AS dan China serta tidak jadinya shutdown pemerintahan AS lantaran presiden Donald Trump sudah meneken anggaran untuk tembok perbatasan yang disodorkan legislatif setempat.
Pasar uang juga masih menunggu pertemuan rapat petinggi The Fed (Federal Open Market Commitee/FOMC) pada pekan ini yang diprediksi masih akan memberikan sentimen dovish.
“Di sisi lain masih belum ada sentimen penting dari domestik, kami perkirakan rupiah hari ini berpotensi di kisaran Rp14.025 hingga Rp14.150 per dolar AS,” tutur Faisyal kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/2).
Analis pasar uang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya Wisnubroto mengatakan pelaku pasar sudah melupakan pengumuman neraca perdagangan Indonesia Januari yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (16/2) kemarin. Adapun menurut BPS, defisit neraca perdagangan sebesar US$1,16 miliar atau melebar dibanding bulan sebelumnya US$1,1 miliar.