Terakhir, AS berniat mengerek bea masuk impor China dari 10 persen menjadi 25 persen pada Jumat (10/5) esok. Kondisi ini membuat pelaku pasar modal jadi pesimistis untuk memasuki negara berkembang terlebih dulu.
Kemudian, dolar AS juga kian perkasa setelah hasil Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS menunjukkan perbaikan. Tercatat, lowongan kerja AS pada Maret tercatat 7,49 juta atau meningkat dari Februari 7,14 juta.
Terakhir, cadangan devisa Indonesia yang menurun dari US$124,5 miliar di Maret menjadi US$124,3 miliar di April juga berpengaruh pada nilai tukar. Kini, pelaku pasar bersikap menunggu (wait and see) terhadap data inflasi China yang akan dirilis pekan ini. Jika hasilnya bagus, tentu itu akan menjadi katalis positif bagi rupiah.
Meski dirundung sentimen negatif, bukan berarti depresiasi rupiah akan semakin parah. Menurutnya, rupiah akan mengalami konsolidasi hingga akhir pekan mendatang. Sebab, rupiah sudah melemah hampir tiga pekan, bukan tidak mungkin pelaku pasar melakukan aksi ambil untung (profit taking) atas rupiah.