Sebelumnya, pada kuartal I-2024, Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$2,16 miliar, menandai kuartal keempat berturut-turut dengan defisit dan mencakup 0,6% dari PDB.
Defisit transaksi berjalan yang telah berlangsung selama empat kuartal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama mengingat sejak Presiden Joko Widodo memimpin, transaksi berjalan selalu berada di zona merah kecuali pada 2022 di tengah boom komoditas yang menguntungkan sektor batu bara dan minyak kelapa sawit.
Dari sisi eksternal, pergerakan rupiah kemungkinan besar akan merespons hasil FOMC minutes terbaru yang menunjukkan bahwa para pejabat The Fed semakin terbuka terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pada September.
Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan potensi pemangkasan ini, yang jika terealisasi, akan menjadi yang pertama sejak pelonggaran darurat pada awal krisis Covid.
Analisis Teknikal Rupiah
Secara teknikal, pergerakan rupiah terhadap dolar AS menunjukkan tanda-tanda konsolidasi setelah mengalami penguatan tajam dalam beberapa hari terakhir.