Lega! Ini Profesi yang Sulit Diambil Alih Robot

kabarin.co – Para pencari kerja saat ini mungkin hanya berpikir akan bersaing sesama manusia. Namun dengan teknologi yang makin berkembang, para pencari kerja dan mereka yang sudah bekerja, harus mulai berpikir berhadapan dengan sebuah robot.

Teknologi otomatisasi seperti mesin dan robot saat ini memegang peran yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. Dampak potensial yang begitu dahsyat di tempat kerja menjadikan mereka sebagai fokus penelitian dan perhatian publik.

Lega! Ini Profesi yang Sulit Diambil Alih Robot

Dilansir dari Fortune, Rabu 13 Juli 2016, perusahaan konsultasi manajemen global, McKinsey and Company, merilis sebuah artikel tentang bidang pekerjaan yang bisa dan tidak bisa digantikan oleh mesin dan robot.

Dalam artikel itu, mereka meriset 2 ribu lebih bidang pekerjaan di hampir 800 sektor industri di Amerika Serikat. Hasilnya sedikit membuat lega. Mereka menemukan ada beberapa bidang pekerjaan yang takkan bisa digantikan oleh mesin dan robot di masa depan. Apa saja pekerjaan tersebut?

Pertama, koki. Mengganti koki manusia yang berpenghasilan US$10 (Rp131,19 ribu) per jam dengan robot, bisa menjadi mahal secara teknis. Substitusi tenaga manusia menjadi tenaga robot sebagai koki juga tak masuk akal secara bisnis karena biaya investasinya terlalu tinggi dan tidak memberikan imbal hasil investasi.

Kedua, perawat. Banyak pasien rumah sakit yang mungkin lebih suka ditangani oleh perawat manusia, bukan robot setelah mereka selesai menjalani operasi. Hal ini menjadikan robot agak sulit menggantikan manusia untuk menjalani tugas sebagai seorang perawat.

Ketiga, penata bantal hotel. Aktivitas yang membutuhkan gerakan fisik dan pengoperasian alat dalam lingkungan yang tak menentu, sangat menantang untuk dioperasikan, seperti mengoperasikan truk derek di tempat konstruksi. Tapi, ada satu aktivitas yang sulit dilakukan oleh robot, yaitu menata bantal di kamar hotel. Menata tempat tidur tidak dapat diprediksi karena tamu kadang menaruh bantal seenaknya, atau mungkin meninggalkan pakaian di tempat tidur mereka. Hal ini membuat robot kesulitan untuk melaksanakan tugas pelayanan.

Keempat, pekerjaan yang melibatkan orang lain dan interaksi dengan orang lain, seperti coding software, membuat menu, menulis materi promosi, dan memberikan saran pelanggan tentang produk terbaik, menjadi aktivitias yang paling menyulitkan untuk robot.

Baca Juga :

McKinsey juga mencatat ada aktivitas yang paling sulit untuk diotomatisaasi dengan teknologi yang tersedia. Aktivitas itu adalah pekerjaan yang melibatkan, mengelola, dan mengembangkan orang lain. Potensi otomatisasi bidang ini hanya 9 persen.

Lalu, aktivitas yang membutuhkan keahlian terapan untuk pengambilan keputusan, perencanaan, atau karya kreatif dengan potensi otomatisasi cuma 18 persen. Atau berinteraksi dengan pelanggan, pemasok , dan pemangku kepentingan lainnya yang memiliki potensi otomatisasi hanya 20 persen.

Lambat laun mesin akan mengganti pekerjaan, tetapi mereka tidak akan sepenuhnya mengambil alih dari manusia. Kelayakan teknis dari otomatisasi dianalisis dengan tidak melihat pada pekerjaan secara keseluruhan saja, tetapi pada jumlah waktu yang diperlukan oleh masing-masing aktivitas dan sejauh mana otomatisasi ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi yang saat ini ada.

Secara keseluruhan, McKinsey menemukan bahwa hanya sekitar 5 persen dari pekerjaan yang dapat sepenuhnya diotomatisasi dengan mengadaptasi teknologi saat ini. Namun, teknologi saat ini bisa mengotomatisasi 45 persen dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya.(dci)

Baca Juga, Gak Kalah Menariknya :