Adzan yang Dilarang dan Standar Ganda Terhadap Islam di Indonesia

kabarin.co, JAKARTA – Usai Rasul wafat, Bilal bin Rabbah, enggan mengumandangkan adzan lagi. Bahkan, permintaan Sayyidina Abu Bakar ketika itu, ia tolak. Dengan kesedihan mendalam Bilal berkata: “Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Kesedihan Bilal ditinggal wafatnya Rasulullah tidak bisa hilang dari sanubarinya. Ia memutuskan hijrah, meninggalkan Madinah, bergabung dengan pasukan Fath Islamy untuk hijrah ke negeri Syam. Bilal tinggal di Kota Homs, Suriah.

Baca Juga :  PT Semen Padang ‘Basinergi Mambangun Nagari’

Bertahun-tahun tinggalkan Madinah. Bilal khawatir bila masih di Madinah tak bisa melupakan kenangan manis bersama manusia paling mulia di bumi, Rasulullah. Hal itu akan merobek-robek hatinya. Hingga suatu ketika, ia bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpinya, Rasul bersabda dengan suara lembutnya, “Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?“

Baca Juga :  Berita Foto: Sigapnya Tim Siaga SAR Marinir Melaksanakan Evakuasi dan Penanggulangan Banjir Padang

Bilal terbangun dari tidurnya. Tanpa pikir panjang, ia mempersiapkan perjalanan kembali ke Madinah. Ia berniat ziarah ke makam Rasulullah setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Madinah. Di makam Rasulullah, tangis rindunya pecah. Kecintaan dan kerinduannya pada Rasul membuncah.