Tabi’in: Thawus bin Kaisan

Wajah Hajjaj merah padam karena malu mendengar perkataan orang tersebut. Lalu dia berkata, “Bagaimana engkau bisa mengatakan demikian sedangkan engkau tahu kedudukan dia di sisiku (yakni saudaranya)?” Dia menjawab, “Apakah Anda mengira bahwa kedudukan dia di sisi Anda lebih mulia daripada kedudukan saya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala? Sedangkan saya bertamu di rumah-Nya seabgai haji, saya beriman kepada nabi-Nya, dan saya melaksanakan agama-Nya.” Hajjaj bin Yusuf pun bungkam, tak mampu bicara apa-apa.

Baca Juga :  Sedekahnya Para Sahabat Nabi

Thawus bin Kaisan melanjutkan ceritanya:

Kemudian orang itu beranjak dan pergi tanpa minta izin. Aku bangun mengikutinya sambil bergumam, “Dia adalah orang yang shalih. Aku akan mengikutinya, sebelum dia lenyap di tengah kerumunan orang banyak…” Aku mendapatkan dia mendekati kain penutu Ka’bah dan menempelkan pipinya di dindingnya seraya berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dan di sisi-Mu-lah aku menyandarkan diri. Ya Allah berilah aku ketetapan hati atas kemurahan-Mu dan kerelaan atas jaminan-Mu yang lebih luas dari sikap-sikap kikir. Berilah aku kekayaan dari apa yang berada di tangan orang-orang kikir yang suka mengutamakan dirinya. Ya Allah aku meminta jalan keluar dari segala kesulitan dengan kebijaksanaan-Mu yang sejak dulu dan kelanggengan kebaikan-Mu, ya Rabb-ul Alamin.”