Metro  

Pemda DKI Keluarkan SP3, Warga Bukit Duri Siap Melawan

Menurut Gus Fayyadl, orang yang menguasai satu juta hektar lah yang seharusnya digusur dan dibagi-bagikan kepada rakyat. “Mereka itulah yang rakus tanah,”ujarnya. Pembicara lain, John Muhamad, mengingatkan agar warga bersatu. “Tuhan tak akan mengubah suatu kaum, jika kaum itu sendiri tak mau memperjuangkannya. Dari sinilah kita melawan, dan menjadi titik api, agar titik-titik api lain juga menyala dimana-mana,”katanya memberi semangat.

Hampir pukul sebelas acara berakhir. Dilanjutkan pertemuan informal membahas strategi melawan penguasa zalim yang mengerahkan aparatnya dalam mengggusur. “Kami tak akan melawan dengan kekerasan. Kami lebih cerdik dari mereka untuk melawannya,”kata Sandyawan yang sudah puluhan tahun bersama-sama warga membangun komunitas dan mencerdaskan warga Bukit Duri.

Baca Juga :  Uji Coba Perdana Lawan Persikas, Semen Padang FC Bakal Bermain Layaknya Kompetisi

Perkampungan Bukit Duri memiliki sejarah panjang. Perkampungan yang berada di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, sudah ada pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Nama Bukit Duri berawal pada 1672, dari tanah seluas sekira 5 kilometer  milik seorang saudagar kaya raya asal Pulau Lontar, Banda, Maluku, Meester Cornelis Senen.  Untuk menghindari lalu lalang perang griliya tentara Mataram dan Banten, maka pada tahun 1656 guru agama Kristen tersebut membuat pagar bambu berduri. Hal itu juga untuk melindungi para penebang hutan dan tukang kebun yang dipekerjakannya.