Menurut studi tersebut, bumi menyimpan 120.000 mil kubik air bersih di bawah laut. Jumlah tersebut bisa menyelesaikan masalah kekurangan air tidak hanya di Cape Town, tetapi juga Sao Paulo dan Meksiko.
Namun, mengambil air dari akuifer lepas pantai bukan hal yang mudah. Geofisikawan dan Associate Professor di Colorado School of Mines yang telah mempelajari akuifer lepas pantai sejak 2002, Brandon Dugan, berkata bahwa kita belum benar-benar mengerti sistem ini maupun volume pastinya.
“Jadi sulit untuk menciptakan strategi memompa yang memaksimalkan penggunaan sumber daya,” katanya kepada Verge, Kamis (15/2/2018).
Menurut Dugan, geofisikawan perlu tahu bagaimana air ini tersimpan di bawah laut. Jika ia berasal dari gletser zaman es yang meleleh, maka sumber daya ini bisa habis.
Namun, jika air berasal dari permukaan tanah yang kemudian terserap, maka akuifer bawah laut bisa menjadi sumber daya terbarukan.
Selain itu, juga ada pertanyaan mengenai legalitasnya. Pakar hukum akuifer Renee Martin-Nagle berkata bahwa suatu negara baru bisa mengakses penyimpanan air ini bila masih berada dalam zona ekonomi ekslusif mereka (200 mil dari garis dasar pantai).