“Karena saya menilai tidak mungkin menjadi politisi sekaligus ulama pada saat yang sama. Sama halnya dengan cendekiawan atau ilmuwan yang menjadi politisi di waktu bersamaan.”
Kemudian, menurut Syamsuddin, dampaknya kedepan jika tidak ada demarkasi bagi ulama dan politik, maka penghormatan terhadap status ulama akan terciderai.
“Kalau tidak ada batas antara politik dan ulama, dampaknya konsep keulamaan mengalami degradasi sedemikian rupa, pendangkalan sedemikian rupa. Sehingga tidak ada lagi penghormatan kepada ulama,” jelasnya.
Dampak lainnya, lanjut Syamsuddin, politik akhirnya dipahami sebagai pasar bebas yang bisa diikuti oleh siapapun.
“Padahal politik harusnya didasarkan pada passion dan panggilan jiwa. Esensi politik itu mengabdi untuk kemaslahatan kolektif. Dampak lain keterbelahan bukan hanya ulama tapi juga umat ini dampak serius,” tandasnya. (arn)
Baca Juga:
Ma’ruf Amin Siap Bertarung Memperebutkan Suara Kaum Milenial
Keluarga Gus Dur Dukung Jokowi-Ma’ruf Amin, Ini Reaksi Timses Prabowo
Ketua MUI Ma’ruf Amin Minta Habib Rizieq Shihab Patuhi Hukum