Pasca Reuni 212, Pandangan Ideologi Politik Indonesia Tak Lagi Tunggal Nasionalis

kabarin.co – Analis politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai Bangsa Indonesia ke depan harus menatap potensi ideologi Islam yang belakangan berkembang pesat. Dedi mengungkapkan pernyataan tersebut setelah menyaksikan kesuksesan Reuni 212 yang diikuti jutaan orang di Monas, Jakarta, Minggu (2/12).

Dedi menilai ideologi Islam mengemuka seperti mengulang kembali memori Pemilu 1955 di mana Umat Islam memimpin perolehan suara di Pemilu. Setelah itu suara umat Islam cenderung meredup dan menghilang karena Orde Baru mengambil alih kekuasaan.

Pasca Reuni 212, Pandangan Ideologi Politik Indonesia Tak Lagi Tunggal Nasionalis

“Apresiasi luar biasa Reuni 212 karena terbukti gerakan yang dimotori sentimen agama dapat berlangsung damai,” kata Dedi kepada wartawan di Jakarta, Minggu (2/12).

Baca Juga :  Mendagri Akan Tetap Lantik Bupati Tersangka KPK

“Ini menandakan mereka konsisten dan gerakan ini tidak dapat dipandang hanya sebuah aksi massa. Lebih dari itu, jutaan massa ini membawa misi ideologi Islam yang kuat,” ujarnya.

Dedi mengatakan soliditas gerakan ini bisa saja dibawa Umat Islam saat mencoblos di TPS pada Pemilu 2019. Menurut dia, petahana Joko Widodo kehilangan momentum karena tidak hadir di acara Reuni 212. Sebaliknya kubu oposisi Prabowo Subianto justru datang dan mengucapkan terima kasih.